"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Rabu, 31 Mei 2017

Dengan Pertolongan Allah

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya)” (QS. ash-Shaffaat : 103)

Ketika keduanya pasrah, dan ridha dengan takdir Allah, maka datanglah pertolongan Allah. – asy-Sya’rawi, dengan sedikit perubahan.

Dr. Abdullah bin Balqasim lulusan S3 Universitas Darman, Sudan. (Twitter : @dr_Balgasem) - Twit Ulama

Selasa, 30 Mei 2017

Larangan Membangun Kubur

Jabir r.a. berkata : Rasulullah , telah melarang menyemen kubur dan duduk di atasnya dan membangunnya. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 566.

Peranan Masjid Untuk Umat

Banyak orang di hari raya mungkin tidak memiliki orang-orang (terdekat) yang bisa mereka kunjungi atau yang mengunjungi mereka. Maka di sini penting untuk disadari peranan Masjid dalam (menjaga) ikatan persaudaraan kaum muslimin dalam suasana hari raya.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, pengasuh web IslamQA. 6/7/2016. (Twitter : @almonajjid) - Twit Ulama

Senin, 29 Mei 2017

Berbakti Pada Orang Tua

Allah menyebutkannya sebagai sifat dan keutamaan para Nabi.
Allah berfirman tentang Nabi Yahya, “Dia (Yahya –pent) amat berbakti pada kedua orang tuanya” (QS. Maryam : 14).
Allah pun berfirman tentang Nabi Isa, “Aku (Isa) adalah orang yang berbuat baik pada ibuku” (QS. Maryam : 32)

Dr. Khalid Al Mushlih, dosen fiqh pada Universitas Al Qashim, sekaligus menantu Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. (Twitter : @Dr_almosleh) - Twit Ulama

Minggu, 28 Mei 2017

Haram Duduk Di Atas Kubur

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah bersabda : Kalau seorang duduk di atas bara api hingga terbakar pakaian dan menembus ke badannya, maka yang demikian itu lebih baik baginya daripada duduk di atas kubur. (HR. Muslim).

Berarti dosanya dan siksanya orang duduk di atas kubur lebih dari terbakar dengan api itu.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 565.

Ketika Nikmat Datang

Ketika Allah memberi nikmat kepadamu “Sesungguhnya Kami memberikan kepadamu al Kautsar” (QS. al-Kautsar : 1), maka bersykurlah dengan perbuatan, “Maka sholatlah untuk Rabbmu dan menyembelihlah” (QS. al-Kautsar : 2). Demikianlah kaidah al-Qur'an. Setelah Allah menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada Nabi Daud, Allah berfirman “Beramallah kalian wahai keluarga Daud dalam rangka bersyukur” (QS. Saba’ : 13)

Syaikh Musa’id ath-Thayyar Dosen Ilmu al Quran di Universitas King Su’ud, Saudi Arabia.(Twitter : @mattyar) - Twit Ulama

Membaca Surat Al Ikhlas, Ketika Shalat Witir Tiga Raka’at

Ketika mengerjakan shalat witir tiga raka’at, surat Al A’laa dibaca pada raka’at pertama, surat Al Kafirun pada raka’at kedua dan surat Al Ikhlash pada raka’at ketiga.
Dari ‘Abdul Aziz bin Juraij, beliau berkata,  “Aku menanyakan pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, surat apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (setelah membaca Al Fatihah) ketika shalat witir?”
‘Aisyah menjawab,
 
كَانَ يُوتِرُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ يَقْرَأُ فِى الأُولَى بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَفِى الثَّانِيَةِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَفِى الثَّالِثَةِ بِ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca pada raka’at pertama: Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), pada raka’at kedua: Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan pada raka’at ketiga: Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan mu’awwidzatain (surat Al Falaq dan An Naas).” (HR. An Nasai no. 1699, Tirmidzi no. 463, Ahmad 6/227)

Dalam riwayat yang lain disebutkan tanpa surat al mu’awwidzatain.
 
عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya melaksanakan shalat witir dengan membaca Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash)” (HR. Abu Daud no. 1423 dan An Nasai no. 1730)

Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah mengatakan,
 
وَحَدِيثُ عَائِشَةَ فِي هَذَا لَا يَثْبُتُ ؛ فَإِنَّهُ يَرْوِيهِ يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ ، وَهُوَ ضَعِيفٌ .وَقَدْ أَنْكَرَ أَحْمَدُ وَيَحْيَى بْنُ مَعِينٍ زِيَادَةَ الْمُعَوِّذَتَيْنِ
“Hadits ‘Aisyah tidaklah shahih. Di dalamnya ada seorang perowi bernama Yahya bin Ayyub, dan ia dho’if. Imam Ahmad dan Yahya bin Ma’in telah mengingkari penambahan “mu’awwidzatain”.” (Al Mughni, 1/831)

Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan,
 
تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح لغيره دون قوله : والمعوذتين وهذا إسناد ضعيف عبد العزيز بن جريج لا يتابع في حديثه
“Hadits ini shahih kecuali pada perkataan “al mu’awwidzatain”, ini sanadnya dho’if karena ‘Abdul ‘Aziz bin Juraij tidak diikuti dalam haditsnya.” (Tahqiq Musnad Al Imam Ahmad bin Hambal, 6/227)

Jadi yang tepat dalam masalah ini, bacaan untuk shalat witir adalah raka’at pertama dengan surat Al A’laa, raka’at kedua dengan surat Al Kafirun dan raka’at ketiga dengan surat Al Ikhlas (tanpa mu’awwidzatain).
Namun bacaann ketika witir ini sebaiknya tidak rutin dibaca, sebaiknya diselingi dengan berganti membaca surat lainnya. Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah mengatakan,
 
والظاهر أنه يكثر من قراءتها، ولا يداوم عليها فينبغي قراءة غيرها أحياناً حتى لا يعتقد العامة وجوب القراءة بها
“Yang nampak dari hadits yang ada, hendaklah bacaan tersebut seringkali saja dibaca, namun tidak terus-terusan. Sudah seharusnya seseorang membaca surat yang lain ketika itu agar orang awam tidak salah paham,ditakutkan mereka malah menganggapnya sebagai perkara yang wajib.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, 24/43)

Kajian selengkapnya di  rumaysho.com 

Sabtu, 27 Mei 2017

Rasul Untuk Ditaati

“Aku mau berqurban tapi atas nama Nabi ﷺ!”, amalan seperti ini tidaklah disyariatkan. Para sahabat, utamanya para Khulafaurrasyidin tidak ada yang melakukannya. Hal itu karena tidak ada satu amal ketaatan yang dilakukan oleh seorang muslim, melainkan pasti Nabi ﷺ juga mendapatkan balasannya.

Dr. Umar Al-Muqbil, dosen hadits di Fakultas Syari’ah Universitas Al-Qashim, Wakil Ketua di Lembaga Ilmiah untuk Studi Al Qur’an, Saudi Arabia. (Twitter : @dr_almuqbil) - Twit Ulama

Jumat, 26 Mei 2017

Haram Puasa Bersambung Dua Hari atau Lebih dengan Tiada Berbuka

Abu Hurairah r.a. dan ‘Aisyah r.a. berkata keduanya : Nabi telah melarang menyambung puasa siang malam. (HR. Buchary dan Muslim).

Ibn ‘Umar r.a. berkata : Rasulullah melarang orang menyambung puasa. Sahabat bertanya : Engkau menyambung puasa. Jawab Nabi : Saya tidak seperti kamu, saya diberi makan minum. (HR. Buchary dan Muslim).

Dalam riwayat Muslim :  Saya bermalam diberi makan dan minum oleh Tuhan.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 564.

Kisah Di Atas Shaffa

Ketika Nabi berada di atas buklit Shaffa, maka lewatlah Abu Jahal, mencaci-maki beliau dan menyakitinya. Ketika Hamzah mengetahui hal ini, Hamzah mendatangi Abu Jahal, mencacinya, memukulnya dan mengumumkan keislamannya. “Bahkan boleh jadi itu lebih baik bagimu” (QS. an-Nuur : 11)

Dr Ahmad Hammud al-Jassar Imam dan Khotib di Masjid Kuwait, Ketua Dewan Pembina Lembaga Studi Quran di Kuwait, Doktor Teknik Sipil di Universitas Kuwait (Twitter : @DrAAljassar) - Twit Ulama

Sudahkah Cinta Sesungguhnya ?

Betapa Allah mencintai kita, Dia menciptakan kita dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dia selalu menjaga kita tiap detik, menit dan setiap waktu, tanpa kenal lelah dan letih. Dia memberi ujian dan masalah untuk kita pecahkan agar menjadi orang yang tegar, sabar dan selalu mengingat-Nya. Dia memberikan rasa sedih dan bahagia agar kita selalu bersyukur kepada-Nya dan tidak menjadi orang yang sombong. Dia selalu mencatat setiap kebaikan kita walaupun kebaikan itu hanya sebesar zarrah.
Tapi apakah kita sudah benar-benar mencintai Allah seperti Allah mencintai kita ?
Apakah kita sudah benar-benar mencintai Allah dengan cinta yang sesungguhnya ?
Tanyakan kepada hati, apa yang sudah kita lakukan sebagai bukti mencintai Allah dengan cinta yang sesungguhnya.
Semoga hatiku dan hatimu mencintai Allah dengan cinta sesungguhnya seperti Allah mencintai kita dengan setulusnya :')

Hijab Alila; 07 Maret 2015, pukul 2026 WIB.

Menjaga Waktu

Abu Bakar bin 'Ayyasy berkata, “Seandainya salah seorang diantara kalian kehilangan uang senilai satu dirham maka sungguh ia akan menghabiskan harinya dengan mengucapkan ‘Inna lillah, uangku satu dirham telah hilang.’ Padahal umurnya hilang setiap saat namun ia tidak pernah mengatakan, ’Telah hilang umurku.’ 🏻 Sesungguhnya Allah memiliki para hamba yang mereka bersegera diwaktu-waktu yang mereka lalui dan menjaga waktu-waktu mereka dengan cara memenuhinya dengan ketaatan”. [Mawa'idz Ibnu; Jauzi 1/57]
----------
Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta 

Kamis, 25 Mei 2017

Bila Ramadhan Datang

Jika datang Ramadhan, Sofyan ats-Tsauri رحمه الله tinggalkan ibadah (sunnah) lain untuk konsentrasi pada al-Qur'an.

Syaikh Azzam Muhammad al-Muhaisini, Imam Masjid Jami’ Aisyah, Mekkah, Arab Saudi.(Twitter : @azammohmad) - Twit Ulama 

Pohon Zaqquum Tumbuh di Neraka

Di dalam al-Qur'an Surat Ash-Shaaffat (37) : 64 ; Allah سبحانه وتعالى  menjelaskan bahwa

إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِىٓ أَصْلِ الْجَحِيمِ
Sesungguhnya pohon itu keluar dari dasar neraka jahim, (64).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Qatadah dikemukakan bahwa Abu Jahl mengejek kaum Muslimin dengan ucapan : "Demi Allah kawan setiamu ini (Muhammad) menganggap bahwa di neraka ada pohon, padahal sebagaimana kita ketahui bahwa api dapat memusnahkan pohon, kami tidak mengenal az-Zaqqum. Yang kita ketahui az-Zaqqum itu ialah korma dan mentega". Berkenaan dengan peristiwa itu turunlah ayat tersebut di atas (QS 37 : 64) sebagai bantahan kepada ucapan Abu Jahl yang menegaskan bahwa pohon az-Zaqqum itu tumbuh dari dasar neraka Jahanam. (HR. Ibnu Jarir).

Tafsir Ayat
QS. 37 : 64. "Sesungguhnya pohon itu keluar dari dasar neraka jahim,". Kaum musyrikin Quraisy menolak keterangan Nabi Muhammad yang diterimanya sebagai wahyu dari Tuhan bahwa zaqquum tumbuh dalam api, karena yang mereka saksikan tiap hari hanyalah bahwa pohon tumbuh di tanah, dipupuk dan disuburkan oleh air. Adapun api, yang mereka saksikan selama ini hanya semata membakar. Kayu-kayu kering dibakar oleh api. Pada ayat sebelumnya (63) dikatakan bahwa keterangan ini adalah fitnah (ujian) bagi cara berpikirnya orang-orang musyrikin. Mereka tidak sanggup mempergunakan akal buat berpikir lebih jauh. Mereka saksikan manusia dan binatang hidup dipermukaan bumi ini, ditanah daratan. Manusia dan binatang lain tidak dapat hidup di laut. Kalau dipindahkan ke laut manusia dan binatang lain itu akan mati. Tetapi untuk hidup di laut disediakan pada kehidupan ikan. Kalau ikan dipindahkan ke darat dia pun mati. Maka tidaklah mustahil jika Allah menyediakan sesuatu makhluk khususnya pohon bernama zaqquum, hidup suburnya dalam nyala api 
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXIII, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Yayasan Pustaka Islam Surabaya 1980, halaman 145.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 421.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 886.

Rabu, 24 Mei 2017

Makruh Mengkhususkan Hari Jum'at untuk Sesuatu Ibadah

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Nabi : Jangan mengkhususkan malam Jum’ah untuk sholat malam diantara lain-lain malam, dan jangan mengkhususkan hari Jum’ah dengan puasa diantara lain-lain hari, kecuali puasa wajib. (HR. Muslim).

Abu Hurairah r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah bersabda : Jangan puasa salah satu kamu pada hari Jum'ah kecuali jika disambung dengan hari yang sebelumnya atau sesudahnya (Kamis atau Sabtu). (HR. Buchary dan Muslim).

Muhammad bin Abbad berkata : Saya bertanya kepada Jabir : Apakah Nabi melarang puasa hari Jum’ah? Jawabnya : Ya. (HR. Buchary dan Muslim).

Juwairiyah binti Alharis (isteri Nabi) r.a. berkata : Nabi masuk ke rumahnya pada hari Jum’ah bertepatan ia puasa, maka Nabi bertanya : Apakah kau puasa kemarin? Jawab Juwairiyah : Tidak. Ditanya : Apakah akan puasa besok pagi? Jawabnya : Tidak. Bersabda Nabi : Maka makanlah (berbukalah), kini. (HR. Buchary).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 562-563.

Sikap Ketawadhu'an

Tawadhu’-nya seorang ulama besar al Haafizh al ‘Iraqi: nasab keturunan beliau sebenarnya bersambung sampai kepada sahabat Umar bin Khattab, tapi beliau tidak pernah sekalipun menyebut-nyebutnya karena sifat wara’ beliau.
Demikianlah disebutkan dalam kata pengantar “Syarah al-Manaawi lii Alfiyah al ‘Iraqi” pada pembahasan riwayat hidup.

Dr. Abdul ‘Aziz alu Abdul Latif, dosen Jurusan Aqidah Universitas Al-Imam, anggota lembaga editorial dan pusat penelitian dan studi Majalah al-Bayan. (Twitter : @dralabdullatif) - Twit Ulama

Selasa, 23 Mei 2017

Perbaikan Lisan

Ibnu Umar رضي الله عنهما pernah berkata, “Sesuatu yang paling layak dibersihkan oleh seorang muslim : lisannya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah]

Syaikh Abdurrahman bin Shalih As-Sudais, penulis kitab-kitab ilmiah diantaranya Syarh ‘Aqidah Ath-Thahawiyah. (Twitter : @assdais) - Twit Ulama 

Senin, 22 Mei 2017

Makruh Sholat Sunnat Jika Mendengar Suara Iqomat

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Nabi : Jika telah iqomat untuk sholat, maka tidak ada sholat sunnat kecuali sholat fardlu. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 561.

Dunia Di Gengaman Tangan

Taruhlah dunia berada dalam genggamanmu sekarang, kemudian engkau juga diberikan lagi yang semisal itu. Taruhlah juga timur dan barat berada dalam kekuasaanmu sekarang. Tapi kalau kematian datang menjemputmu, apa lagi yang tersisa dalam genggamanmu?

Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-‘Arifi, dosen di King Saud University (KSU), Riyadh, anggota Rabithah (Ikatan) Ulama Syari’ah. (Twitter : @MohamadAlarefe) - Twit Ulama 

Minggu, 21 Mei 2017

Tahapan Mengajak

Dakwah ada tahapan-tahapan perkembangannya “Dan berilah peringatan kepada keluarga dan karib kerabat dekatmu” (QS. Asy-Syu'ara : 214) – “agar engkau memberi peringatan kepada penduduk kota dan sekitarnya” (QS. Asy-Syuraa : 7) – “agar engkau memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka pembawa peringatan” (QS. al-Qashash : 46) – “Sebagai pemberi peringatan bagi semesta alam” (QS. al-Furqon : 1).

Dr Sa’ad bin Mathar al-Utaibi, Doktor dalam bidang Politik Islam, dosen politik Islam di Universitas al-Qadha. (Twitter : @otsaad) - Twit Ulama  

Sabtu, 20 Mei 2017

Haram Berjalan di Muka Orang Sholat

Abul-Juhaim bin Alharits bin Asshimmah Al-Anshary r.a. berkata : Rasulullah bersabda : Andaikan orang yang berjalan di depan orang sholat itu mengetahui bagaimana besar dosanya, niscaya kalau ia berdiri empat puluh lebih baik dari berjalan di muka orang sholat. (HR. Buchary dan Muslim).

Yang meriwayatkan hadits ini berkata : Saya tidak tahu apakah empat puluh hari, atau bulan atau tahun.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 560.

Masjid al-Ikhlas Demangan Sukoharjo

Masjid al-Ikhlas ini berada di jalan Cuwiri II RT 02 / RW 19 dukuh Demangan kelurahan Makamhaji kecamatan Kartasura kabupaten Sukoharjo.
Masjid ini berada di lahan yang cukup luas, mirip penataan sebuah kraton. Pintu pagar berada di tengah sisi utara lahan dengan masa bangunan di sebelah kanan (barat) area parkir dan menara masjid, sedangkan disebelah kiri (timur) area wudlu' dan kamar mandi sedangkan posisi bangunan masjid berada paling ujung (selatan) dengan arsitektur tradisional khas Arsitektur Jawa.
Masjid sangat kecil dengan ukuran 81 meter persegi dengan perpanjangan serambi 3 meter di sisi utara, timur dan selatan.
Antara pagar depan dengan masa bangunan berikutnya (area parkir beratap dan area wudlu') terdapat taman dengan jarak 8 meter yang berisi pohon 3 pohon Melinjo dan 4 Angsana Cemara. Ada pula arena bermain anak.

Sibukkan Diri Untuk Mengingat Rabbi

Dalam kemacetan dan keramaian, sibukkan diri dengan sebaik-baik perkataan. “Subhaanallah”, “Alhamdulillah”, “Laa ilaha illallah”, “Allahu Akbar”, “Laa haula walaa quwwata illa billah”.

Syaikh Nabil al-‘Awadhi, da’i yang masyhur di negara Kuwait. (Twitter : @NabilAlawadhy) - Twit Ulama

Jumat, 19 Mei 2017

Berkebalikan

Rasulullah ﷺ bersabda :
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ

"Tidaklah sedekah mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba yang memaafkan kecuali keperkasaan, dan tidaklah seseorang merendah karena Allah kecuali Allah akan mengangkatnya."
(HR Muslim no. 2588)
----------
FP : Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta 

Bukan Aurat

Jika seorang wanita berbicara dengan suaranya biasa-biasa saja, maka itu bukan aurat, hal tersebut adalah makna firman Allah, “Dan berkatalah dengan perkataan yang ma’ruf” (QS. al-Ahzab : 32). Namun apabila dia menghias-hiasi suaranya, maka itu adalah aurat.

Dr. Suleman Al-Ruba'i Kepala Jurusan Aqidah dan Madzhab Kontemporer Fakultas Syari'ah dan Ilmu Islam Universitas Qosiim. (Twitter : @sulemanalrobei) - Twit Ulama   

Akal, Ilmu Pengetahuan Serapan dari Bermacam Pengalaman

Di dalam buku “Ihya’ Ulumiddin” karya Imam al-Ghazali pada halaman 314 menuturkan bahwa akal itu ialah ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dengan berlakunya bermacam-macam keadaan. Maka orang yang telah diperkokoh pemahamannya oleh pengalaman-pengalaman dan dicerdaskan oleh beberapa aliran, maka dikatakan orang itu biasanya berakal. Yang tidak bersifat dengan sifat tadi, maka dikatakan orang bodoh, tak berketentuan, jahil.
Inilah macam yang lain dari ilmu pengetahuan yang dinamakan akal.
-------------------------------------------
Ihya’ Ulumiddin Jilid 1, Imam al-Ghazali, Penerbit C.V. Faizan Jakarta, cetakan kesembilan 1986.

Kamis, 18 Mei 2017

Nafsu Dalam Dada

Dalam rongga dadanya, manusia membawa berhala yang terkadang hatinya sujud dan ruku’ pada berhala tersebut, berhala itu adalah hawa nafsunya. “Apakah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya? Allah sesatkan dia” (QS. al-Jaatsiyah : 23). Dia sujud pada hawa nafsu dan pemikirannya seperti orang-orang jahiliyyah dulu sujud kepada ‘Uzza.

Syaikh Abdul Aziz Ath-Tharifi, Ulama yang juga menjabat sebagai Peneliti Ilmiah di Departemen Masalah Islam di Riyadh, Arab Saudi. (Twitter : @abdulaziztarefe) - Twit Ulama 

Larangan Sholat Menghadap Ke Kubur

Abu Martsad (Kannaz) bin Alhushoin r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah bersabda : Jangan kamu sholat menghadap ke kubur dan jangan duduk di atas kubur. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 559.

Hari Berbangkit

Di dalam al-Qur'an Surat Yaa-Siin (36) : 77 - 83 ; Allah سبحانه وتعالى  menjelaskan bahwa

أَوَلَمْ يَرَ الْإِنسٰنُ أَنَّا خَلَقْنٰهُ مِن نُّطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُّبِينٌ

Apakah manusia tidak melihat, bahwa sesungguhnya Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba dia menjadi penantang yang nyata? (77).

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِىَ خَلْقَهُۥ ۖ قَالَ مَن يُحْىِ الْعِظٰمَ وَهِىَ رَمِيمٌ
 
Dan dia adakan perumpamaan buat Kami dan dia lupa pada kejadiannya, dia berkata, "Siapakah (yang dapat) menghidupkan tulang belulang padahal telah hancur? (78).

قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِىٓ أَنشَأَهَآ أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
 
Katakanlah, "Yang akan menghidupkannya ialah yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui segala makhluk (79).

الَّذِى جَعَلَ لَكُم مِّنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَآ أَنتُم مِّنْهُ تُوقِدُونَ
 
Yang telah menjadikan api untuk kamu dari kayu yang hijau maka tiba-tiba kamu menyalakannya. (80).

أَوَلَيْسَ الَّذِى خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ بِقٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يَخْلُقَ مِثْلَهُم ۚ بَلَىٰ وَهُوَ الْخَلّٰقُ الْعَلِيمُ

Dan bukankah yang telah menciptakan serupa dengan itu? Benar, dan Dia Pencipta lagi Maha Mengetahui. (81).

إِنَّمَآ أَمْرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيْـًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
Hanya sesungguhnya, apabila Dia mengehendaki sesuatu Dia berkata kepadanya, "Jadilah", maka jadilah ia. (82).

فَسُبْحٰنَ الَّذِى بِيَدِهِۦ مَلَكُوتُ كُلِّ شَىْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Maka Mahasuci yang ditangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (83).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa al-'Ash bin Wa'il mengharap kepada Rasulullah ﷺ dengan membawa tulang yang sudah rusak sambil mematah-matahkannya ia berkata : "Hai Muhammad, apakah الله سبحانه وتعالى akan membangkitkan tulang yang sudah lapuk ini?" Nabi ﷺ menjawab : "Benar! Allah akan membangkitkan ini dan mematikan kamu dan menghidupkan kamu kembali serta memasukkan kamu ke neraka jahannam". Ayat ini (QS. 36 : 77 - 83) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut diatas yang menegaskan kekuasaan Allah untuk membangkitkan manusia di hari Kiamat. (HR. al-Hakim).

Tafsir Ayat
QS. 36 : 77 .  Menunjukkan pengertian al-liljinsi yang berarti mencakup semua orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit. Yakni apakah orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit tidak menyimpulkan dari permulaan penciptaan dirinya yang menunjukkan kepada pengembaliannya? Karena sesungguhnya Allah mulai menciptakan manusia dari sari pati air yang hina. Dia menciptakannya dari sesuatu yang hina, lemah, dan kecil, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya :

أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ * فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِينٍ * إِلَى قَدَرٍ مَعْلُومٍ

Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (Rahim). Sampai waktu yang ditentukan
(QS. Al-Mursalat : 20-21)

Dan firman Allah Ta'ala :

إِنَّا خَلَقْنَا الإنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. (QS. Al-Insan : 2)

Yaitu dari air mani yang bercampur, dan Tuhan yang menciptakan manusia dari nutfah yang lemah ini pasti dapat menghidupkannya kembali sesudah matinya.

QS. 36 : 78 . Yakni dia menganggap mustahil bahwa الله سبحانه وتعالى yang mempunyai kekuasaan Yang besar yang telah menciptakan langit dan bumi ini dapat mengembalikan jasad dan tulang-belulang yang telah hancur luluh menjadi hidup kembali. Dia lupa akan dirinya, bahwa Allah telah menciptakannya dari tiada menjadi ada. Padahal kalau dia merenungkan kejadian dirinya, tentulah ia dapat membuktikan hal yang lebih kuat daripada keingkarannya yang membuktikan kekuasaan الله سبحانه وتعالى.

QS. 36 : 79 .
Yakni mengetahui tulang-belulang yang berserakan di seantero bumi, kemana perginya dan ke mana bercerai-berainya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانة، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ رِبْعيّ قَالَ: قَالَ عُقْبَةُ بْنُ عَمْرٍو لِحُذَيْفَةَ: أَلَا تحدثُنا مَا سمعتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالَ: سَمِعْتُهُ يَقُولُ: "إِنْ رَجُلًا حَضَرَهُ الْمَوْتُ، فَلَمَّا أَيِسَ مِنَ الْحَيَاةِ أَوْصَى أَهْلَهُ: إِذَا أَنَا مُتُّ فَاجْمَعُوا لِي حَطَبا كثيرًا جزَلا ثُمَّ أَوْقَدُوا فِيهِ نَارًا، حَتَّى إِذَا [أَكَلَتْ] لَحْمِي وخلَصت إِلَى عَظْمِي فامتُحِشْتُ، فَخُذُوهَا فَدُقُّوهَا فَذَروها فِي الْيَمِّ. فَفَعَلُوا، فَجَمَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ فَقَالَ لَهُ: لِمَ فَعَلْتَ ذَلِكَ؟ قَالَ: مِنْ خَشْيَتِكَ. فَغَفَرَ اللَّهُ لَهُ". فَقَالَ عُقْبَةُ بْنُ عَمْرٍو: وَأَنَا سُمْعَتُهُ يَقُولُ ذَلِكَ، وَكَانَ نبَّاشا.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Rib'i yang mengatakan bahwa Uqbah ibnu Amr berkata kepada Huzaifah, "Mengapa engkau tidak menceritakan kepada kami hadis yang pernah engkau dengar dari Rasulullah ﷺ?" Huzaifah رَضِيَ اللََّهُ عَنْه menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya pernah ada seorang lelaki yang menjelang ajalnya; ketika ia merasa putus harapan untuk dapat hidup, ia berwasiat kepada keluarganya, "Apabila aku telah mati, maka kumpulkanlah kayu bakar yang banyak sekali untukku, kemudian bakarlah kayu itu. Manakala api telah menghanguskan dagingku dan membakar tulangku hingga hangus, maka ambillah tubuhku, lalu tumbuklah, setelah itu tebarkanlah abuku ke laut." Maka keluarganya melakukan apa yang diwasiatkannya itu, dan Allah menghimpun kembali semua abunya ke hadapan-Nya, kemudian الله سبحانه وتعالى bertanya kepadanya, "Mengapa engkau lakukan itu?” Ia menjawab, "Karena rasa takutku kepada Engkau, " maka Allah memberikan ampunan baginya. Uqbah ibnu Amr mengatakan bahwa ia pernah pula mendengar hadis tersebut dari Nabi ﷺ, dan beliau menjelaskan bahwa lelaki itu adalah tukang mencuri perlengkapan mayat yang telah dikubur dengan menggali kembali kuburnya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Abdul Malik ibnu Umair dengan teks yang cukup banyak, yang antara lain menyebutkan bahwa lelaki tersebut memerintahkan kepada anak-anaknya agar setelah ia mati, jasadnya dibakar, lalu abunya ditaburkan separonya di daratan dan separonya lagi di laut di hari yang berangin besar; kemudian mereka melakukan hal tersebut. Kemudian الله سبحانه وتعالى memerintahkan kepada laut agar mengumpulkan abu itu yang ada padanya, dan memerintahkan pula kepada bumi untuk mengumpulkan abu itu yang ada padanya. Sesudah itu الله سبحانه وتعالى berfirman kepadanya, "Jadilah kamu!" Maka dengan serta merta kembalilah abu itu ke ujud yang semula sebagai lelaki tersebut dalam keadaan utuh, lalu Allah bertanya kepadanya, "Apakah yang mendorongmu berbuat seperti itu?" Lelaki itu menjawab, "Karena takut kepada Engkau, dan Engkau lebih mengetahui." Maka tidak lama kemudian Allah memberikan ampunan kepadanya.

QS. 36 : 80 .
Tuhanlah yang menciptakan pohon ini dari air sejak semula hingga menjadi pohon yang hijau lagi segar berbuah dan dapat dituai buahnya, kemudian Dia mengembalikannya hingga jadilah ia kayu yang kering dan dapat dijadikan sebagai kayu bakar. Dia Maha berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya, lagi Mahakuasa terhadap apa yang diinginkan-Nya, tiada sesuatu pun yang dapat mencegah-Nya.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (Yasin: 80) Bahwa Tuhan Yang mengeluarkan api dari pohon itu mampu mengembalikannya hidup kembali.
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah pohon marakh dan 'ifar yang tumbuh di tanah Hijaz. Orang yang tidak mempunyai pemantik api bisa saja mengambil dua buah tangkai yang masih hijau dari masing-masing pohon itu, lalu menggesekkan yang satu dengan yang lainnya, maka timbullah api dari keduanya, sama saja dengan menyalakan api memakai pemantik api. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما. Di dalam peribahasa (Arab) disebutkan bahwa masing-masing pohon mempunyai apinya sendiri, dan yang paling banyak ialah marakh dan 'ifar. Orang-orang bijak mengatakan bahwa setiap pohon itu mempunyai api, kecuali pohon anggur.

QS. 36 : 81 .
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ

Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu?
Yakni serupa dengan manusia, maka Dia mengembalikan mereka menjadi hidup kembali sebagaimana Dia memulai penciptaan mereka.

 QS. 36 : 82. Yakni sesungguhnya Dia hanya memerintahkan kepada sesuatu sekali perintah, tidak perlu diulangi atau ditegaskan: Apabila Allah menghendaki suatu urusan, maka Dia hanya berfirman kepadanya, "Jadilah," sekali ucap, maka jadilah ia.

 QS. 36 : 83 .

فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ


Maka Mahasuci (Allah) yang ditangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

Yakni Mahasuci dan Mahabersih Allah, sebagai ungkapan memahasucikan dan memahabersihkan Tuhan Yang Hidup, Yang terus menerus mengatur makhluk-Nya dari semua keburukan. Di tangan kekuasaan-Nyalah terletak semua kendali kekuasaan di langit dan di bumi, dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan semua utusan. Dialah Yang Menciptakan dan Yang Memerintah, dan kepada-Nyalah dikembalikan semua hamba pada hari mereka dibangkitkan, lalu Dia membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya. Dia Mahaadil, Pemberi Nikmat dan Pemberi Karunia. Maka firman الله سبحانه وتعالى : Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu. (Yasin: 83)
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 419 - 420.
Ibnu Katsir Online Tafsir Surat Yasin, ayat 77-80
Ibnu Katsir Online Tafsir Surat Yasin, ayat 81-83
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 877 - 879.

Rabu, 17 Mei 2017

Dosa Besar Anak

Di antara dosa besar seorang anak adalah ketika Bapak atau Ibunya mendapatkan penyakit berat seperti darah tinggi, diabetes, jantung karena sebab durhaka anak-anaknya. “Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik” (QS. al-Isra : 23).

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, pengasuh web IslamQA. (Twitter : @almonajjid) - Twit Ulama  

Selasa, 16 Mei 2017

Salah Satu Perintah Allah

Senantiasa istiqomah mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan segala bentuk kerusakan adalah sebab utama diturunkannya Al-Qur'an. “Maka istiqomahlah sebagaimana kamu diperintahkan, dan bertaubat bersamamu dan janganlah melampaui batas” (QS. Huud : 112) dan itulah asal segala petunjuk dan kebahagiaan.

Dr. Shalih As-Sulthan, Dosen Fakultas Syariah Universitas Al-Qashim, Saudi Arabia. (Twitter : @_salehalsultan) - Twit Ulama  

Hijab itu Perintah Allah

Note Trip. 1438 H. Cara-cara paham perusak NKRI itu selalu putar balik logika. Yang benar dipelintir jadi salah, begitu pun sebaliknya, dengan tujuan misi mereka berhasil. Kembali aku temui obrolan perihal hijab yang hangat pasca kunjungan raja Salman ke Indonesia. Sebut aja mereka Pulsa dan Data. Karena sebelumnya perbincangan hijab itu budaya arab gencar digembar-gemborkan oleh orang semacam Pulsa. Tetiba kunjungan raja Salman segerombolan liberal pengen ngejatuhin Saudi Arabia dengan mengunggah viralkan foto-foto putri-putri arab tak berhijab.

Pulsa : "Ternyata ada putri arab yang enggak ber-HIJAB ya?!"
Data : "Dengan pernyataan Pulsa tersebut menjelaskan dengan GAMBLANG bahwa HIJAB adalah tuntunan AL-QUR'AN, bukan BUDAYA ARAB?, se-dangkal pengetahuan saya hijab itu tuntunan al-Qur'an. Klo jilbab, khimar dan lain-lain adalah cara untuk "ber HIJAB. Jadi jika jilbab itu Budaya Arab, tentu orang Arab pakai Jilbab semua. Ternyata tidak semua Arab pakai jilbab....right?"

Senang masih banyak akar rumput yang sungguh-sungguh memahami dan mengamalkan ajaran Islam agama yang dipeluknya, tidak sekadar kata ayahku, kata kakekku, kata guruku dan kata-kata entah siapa. Semakin banyak yang belajar al-ur'an dan Sunnah.

Makruh Menoleh dengan Tiada Udzur

'Aisyah r.a. berkata : Saya bertanya kepada Nabi tentang menoleh dalam sholat? Jawab Nabi : Itu suatu curian syaithon dalam sholat seorang hamba. (HR. Buchary).

Yang menoleh berarti telah tercuri oleh syaithon.

Anas r.a. berkata : Rasulullah bersabda : Awas kau dari menoleh dalam sholat, karena menoleh dalam sholat itu berarti binasa. Dan kalau terpaksa maka dalam sholat sunnat saja, jangan pada sholat fardlu. (HR. Attirmidzy).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 558.

Senin, 15 Mei 2017

Sebaik - baik Hamba

Allah berkata tentang Sulaiman “Sebaik-baik hamba” (QS. Shaad : 30). Gelar sebagai sebaik-baik hamba adalah ketika Sulaiman terbebas dari peribadatan kepada dinar, dirham, kekuasaan dan jabatan. Maka jiwanya menjadi lebih tinggi dari dunia, dia memiliki dunia di tangannya, tapi tidak di hatinya.

Syaikh ‘Adil bin Salim bin Sa’id Al-Kalbani, imam dan Khatib di Masjid Jami’ King Khalid Riyadh. (Twitter : @abuabdelelah) - Twit Ulama

Minggu, 14 Mei 2017

Perkataan Yusuf

Pada perkataan Yusuf kepada saudaranya “Tidak ada celaan bagimu pada hari ini” (QS. Yusuf : 92) memperlihatkan betama Yusuf memiliki sifat menjaga kehormatan yang sangat tinggi. Ketika beliau memaafkan saudara-saudaranya tanpa ada ejekan dan celaan kepada mereka.

Dr. Muhammad Ibrahim Al-Hamd, Dosen Aqidah dan Mazhab Kontemporer di Universitas Al-Qashim, Saudi Arabia. (Twitter : @M__alhamad) - Twit Ulama   

Larangan Melihat ke Langit dalam Sholat

Anas bin Malik r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Mengapakah ada orang-orang yang melihat ke langit ketika sholat. Peringatan Nabi itu akhiraya makin keras hingga bersabda : Harus mereka hentikan kelakuan yang demikian itu, atau akan tercabut mata penglihatan mereka. (HR. Buchary).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 557.

Sabtu, 13 Mei 2017

Ketika Ilmu Membuat Tawadhu

Ilmu mengharuskan seseorang untuk bersikap tawadhu' dan berhusnuzhan dengan para pendahulu. Abu Hanifah pernah ditanya tentang Alqomah dan al-Aswad, “mana di antara keduanya yang lebih utama?”. Abu Hanifah menjawab, “Demi Allah, kita bukanlah orang yang tahu tentang mereka sehingga kita menyebut-nyebutnya, apalagi mengutamakan yang satu di atas yang lainnya?!

Dr. Abdul ‘Aziz alu Abdul Latif, dosen Jurusan Aqidah Universitas Al-Imam, anggota lembaga editorial dan pusat penelitian dan studi Majalah al-Bayan. (Twitter : @dralabdullatif) - Twit Ulama 

Jumat, 12 Mei 2017

Perbanyak Membaca Al Quran

Ibrahim bin Abdil Wahid Al-Maqdisi berkata :
أَكْثِرْ مِنْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، وَلاَ تَتْرُكْهُ فَإِنَّهُ يَتَيَّسَرُ لَكَ الَّذِي تَطْلُبُهُ عَلَى قَدْرِ مَا تَقْرَأُ

"Perbanyaklah membaca Al-Qur'an dan jangan kau tinggalkan Al-Qur'an. Karena akan dipermudah bagimu apa yang kau cari sesuai dengan kadar bacaannmu"

Ad-Dliyaa' Al-Maqdisi berkata,
فَرَأَيْتُ ذَلِكَ وَجَرَّبْتُهُ كَثِيْراً، فَكُنْتُ إِذَا قَرَأْتُ كَثِيْراً تَيَسَّرَ لِي مِنْ سَمَاعِ الْحَدِيْثِ وَكِتَابَتِهِ الْكَثِيْرِ، وَإِذَا لَمْ أَقْرَأْ لَمْ يَتَيَّسَرْ لِي

"Maka akupun melihat hal itu dan sudah sering aku mencobanya. Jika aku banyak membaca Al Qur'an maka dimudahkan bagiku untuk mendengar dan mencatat banyak hadits. Namun jika aku tidak membaca Al Qur'an maka tidak dimudahkan bagiku" (Dzail Tobaqoot Al Hanaabilah 3/205)
----------
FP : Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta 

Rasa Kepedulian

“Ketika dia berkata kepada saudaranya, jangan kamu sedih” (QS. at-Taubah: 40). Rasulullah ﷺ berkata, “Jangan sedih” dan tidak berkata, “Jangan khawatir”. Karena kesedihan Abu Bakar memikirkan nasib Rasulullah ﷺ menutup kekhawatirannya atas dirinya sendiri (As-Suhaili, Ar-Raudhul Anaf 2/315)

Dr. Abdul Muhsin Al-Muthiri, Doktor dalam bidang tafsir, Fakultas Syari’ah Universitas Kuwait. (Twitter : @q8azm) - Twit Ulama

Makruh Sholat di Muka Makanan Yang Diinginkan

‘Aisyah r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah bersabda : Tidak syah sholat di muka makanan, atau sedang menahan buang air besar atau kecil atau kentut. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 556.

Jalan yang Lurus

Di dalam al-Qur'an Surat Yaa-Siin (36) : 1 - 10 ; Allah ta'ala menjelaskan bahwa
يسٓ
Yaa siin (Allah yang lebih mengetahui maksudnya). (1).

وَالْقُرْءَانِ الْحَكِيمِ
Demi al-Qur'an yang penuh hikmah, (2).

إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ
sesungguhnya engkau adalah di antara orang-orang yang diutus, (3).

عَلَىٰ صِرٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ
atas jalan yang lurus, (4).

تَنزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ
(al-Qur'an) diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, (5).

لِتُنذِرَ قَوْمًا مَّآ أُنذِرَ ءَابَآؤُهُمْ فَهُمْ غٰفِلُونَ
supaya engkau memberi peringatan kepada kaum yang belum pernah diberi peringatan bapak-bapak mereka, maka mereka lalai. (6).

لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَىٰٓ أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
sungguh sudah tetap berlaku perkataan (ketentuan Allah) atas kebanyakan mereka (dengan adzab) karena mereka tidak beriman. (7).

إِنَّا جَعَلْنَا فِىٓ أَعْنٰقِهِمْ أَغْلٰلًا فَهِىَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُم مُّقْمَحُونَ
Sesungguhnya Kami menjadikan belenggu di leher mereka, sampai kedagunya, maka mereka tertengadah. (8).

وَجَعَلْنَا مِنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ
Dan Kami jadikan di depan mereka dinding dan di belakang mereka dinding, lalu Kami tutup matanya, sehingga mereka tidak melihat. (9).

وَسَوَآءٌ عَلَيْهِمْ ءَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memperingatkannya atau tidak engkau peringatkan, mereka tidak beriman. (10).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa ketika Rasulullah ﷺ membaca surat as-Sajdah dengan nyaring, orang-orang Quraisy merasa terganggu dan mereka bersiap-siap untuk menyiksa Rasulullah ﷺ tapi tiba-tiba tangan mereka terbelenggu di pundak-pundaknya, dan mereka menjadi buta sama sekali. Mereka mengharapkan pertolongan Nabi ﷺ dan berkata : "Kami sangat mengharapkan bantuanmu atas nama Allah dan atas nama keluarga". Kemudian Rasulullah ﷺ berdo'a dan mereka pun sembuh, akan tetapi tak seorang pun dari mereka yang beriman. Berkenaan dengan peristiwa itu turunlah ayat-ayat tersebut diatas (QS. 36 : 1 - 10). (HR. Abu Na'im).
Dalam riwayat lain yang bersumber dari 'Ikrimah dikemukakan bahwa Abu Jahl berkata : "Sekiranya aku bertemu dengan Muhammad, pasti aku akan menghasutnya". Ketika Nabi Muhammmad berada disekitarnya, orang-orang menunjuk bahwa Muhammad berada disisinya. Akan tetapi Abu Jahl tetap bertanya-tanya : "Mana dia", karena dia tidak melihatnya. QS. 36 : 8 - 9, turun sebagai penjelasan bahwa pandangan Abu Jahl di saat itu ditutup oleh Allah untuk melihat Muhammad. (HR. Ibnu Jarir).

Tafsir Ayat
QS. 36 : 1. Yaa siin (Allah yang lebih mengetahui maksudnya).

QS. 36 : 2. Demi al-Qur'an yang penuh hikmah, Yakni yang muhkam, yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya.

QS. 36 : 3. sesungguhnya engkau adalah di antara orang-orang yang diutus, QS. 36 : 4. atas jalan yang lurus, artinya, berada pada suatu tuntunan, agama yang benar, dan syariat yang lurus.

QS. 36 : 5. (al-Qur'an) diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yaitu jalan, tuntunan dan agama yang engkau sampaikan ini diturunkan keterangannya dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang untuk hamba-hamba-Nya yang beriman. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya :
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ * صِرَاطِ اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ أَلا إِلَى اللَّهِ تَصِيرُ الأمُورُ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, (yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan. (QS. Asy-Syura : 52-53).

QS. 36 : 6. supaya engkau memberi peringatan kepada kaum yang belum pernah diberi peringatan bapak-bapak mereka, maka mereka lalai. Yang dimaksud dengan 'mereka' adalah orang-orang Arab, karena sesungguhnya belum pernah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan sebelum Nabi Muhammad ﷺ. Penyebutan 'mereka' secara tersendiri, bukan berarti meniadakan yang lainnya. Sebagaimana penyebutan beberapa orang tertentu, tidak meniadakan pengertiannya secara umum. Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan ayat-ayat dan hadis-hadis yang mutawatir, yang menunjukkan bahwa kerasulan Nabi Muhammad ﷺ bersifat umum untuk seluruh umat manusia, yaitu pada tafsir firman-Nya :

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا

Katakanlah, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk kalian semuanya.” (QS. Al-A'raf : 158)

QS. 36 : 7. sungguh sudah tetap berlaku perkataan (ketentuan Allah) atas kebanyakan mereka (dengan adzab) karena mereka tidak beriman. Ibnu Jarir mengatakan bahwa azab Allah telah dipastikan atas sebagian besar dari mereka. Dengan kata lain, Allah telah menetapkan di dalam Lauh Mahfuz, bahwa sebagian besar dari mereka tidak beriman, kepada Allah dan tidak membenarkan rasul-rasul-Nya.

QS. 36 : 8. Sesungguhnya Kami menjadikan belenggu di leher mereka, sampai kedagunya, maka mereka tertengadah. Al-muqmah artinya orang yang terangkat kepalanya, seperti yang dikatakan oleh Ummu Zari' dalam ucapannya, "Saya minum dengan menengadahkan kepala," maksudnya dia minum hingga kenyang dengan menengadahkan kepalanya agar air mudah masuk dan menyegarkan. Dan sudah dianggap cukup hanya menyebut 'belenggu pada leher' tanpa menyebut 'kedua tangan', sekalipun pada kenyataannya kedua tangan pun dibelenggu pula menjadi satu dengan leher. Bahwa surat Yaa-Siin ayat 8 ini semakna dengan ayat lain yang mengatakan: Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu. (QS. Al-Isra : 29) Yakni tangan mereka terikat ke leher mereka sebagai kata kiasan yang menunjukkan bahwa tangan mereka tidak mau diulurkan untuk memberi kebaikan. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka karena itu mereka tertengadah. (Yasin: 8) Mereka menengadahkan kepalanya, sedangkan tangan mereka diletakkan di mulut mereka dan mereka terbelenggu tidak mendapatkan kebaikan apa pun.

QS. 36 : 9. Dan Kami jadikan di depan mereka dinding dan di belakang mereka dinding, lalu Kami tutup matanya, sehingga mereka tidak melihat. Menurut Mujahid, dinding itu menutupi mereka dari kebenaran sehingga mereka kebingungan, yang menurut Qatadah disebutkan berada dalam kesesatan. Maksudnya, tidak dapat mengambil manfaat dari kebaikan dan tidak mendapat petunjuk untuk menempuh jalan kebaikan. Ibnu Jarir mengatakan, telah diriwayatkan seterusnya dari Ibnu Abbas, bahwa ia membaca ayat ini dengan bacaan "فَأَعْشَيْنَاهُمْ" dengan memakai huruf 'ain bukan gin, berasal dari akar kata al-asya yang artinya suatu penyakit yang mengenai mata.

QS. 36 : 10. Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memperingatkannya atau tidak engkau peringatkan, mereka tidak beriman. Allah telah memastikan kesesatan atas diri mereka, karenanya tidak ada faedahnya lagi peringatan untuk mereka dan mereka tidak akan terpengaruh oleh peringatan. Hal yang semisal telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-Baqarah; dan ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya :

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ * وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (QS. Yunus : 96-97)
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXIII, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Yayasan Pustaka Islam Surabaya 1980, halaman 24-28.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 417 - 418.
Ibnu Katsir Online Tafsir Surat Yaa-Siin, ayat 1 - 7
Ibnu Katsir Online Tafsir Surat Yaa-Siin, ayat 8 - 10

Kamis, 11 Mei 2017

Sudahkah Bersyukur Disrtai Berdoa ?

Kalau Anda bisa makan, bisa tertawa, bisa merasakan kesenangan dan keamanan, maka ingatlah di sana ada kaum muslimin yang lapar, menangis dan ketakutan. Ingatlah, agar bertambah rasa syukur Anda kepada Allah dan agar Anda mendoakan kaum muslimin dan membantu mereka.

Syaikh Dr. Abdul ‘Aziz bin Muhammad As-Sadhan, salah seorang murid Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Doktor dalam ilmu Ushuluddin Universitas Al Imam. (Twitter : @Dr_Alsadhan) - Twit Ulama

Mohon Diberikan Tempat yang Berkah

Di surat al-Mu’minuun (23) ayat 29;
“Robbi anziinii munzalan mubaarakaa wa anta khoirul munziliin”

Artinya :
Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.

Keterangan :
Do’a ini pun semula dibaca oleh Nabi Nuh a.s. Ketika beliau dan pengikutnya di atas bahtera dan  di atas air banjir yang tinggi sekali, maka nabi Nuh a.s. memohon kepada Allah agar nantinya diturunkan di tempat atau daerah yang diberkahi.
------------------------
Al-Quraan dan Terjemahannya, Departeman Agama RI, Pelita II/1978/1979, halaman 529.

Rabu, 10 Mei 2017

Makruh Menaruh Tangan Dipinggang

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. melarang orang menaruh tangan di pinggang ketika sholat. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 555.

Pintu Rizki

Imam Malik mengatakan, “Sesungguhnya Allah menjadikan pintu ketaatan seperti pintu rizki, Allah bukakan satu pintu ketaatan untuk seseorang dan Allah tidak bukakan pintu itu untuk orang lainnya”

Ketika kita sudah mengetahui hal ini, maka bersungguh-sungguhlah berjuang di pintu yang telah dibukakan untuk kita

Prof. Dr. Muhammad bin Khalifah al-Tamimi, Guru Besar Aqidah Universitas Islam Madinah, Rektor Universitas Al Madinah Internasional. (Twitter : @ProfAlTamimi) - Twit Ulama

Selasa, 09 Mei 2017

Salah Satu Makanan Hati

Berdzikir mengingat Allah adalah kehidupan bagi ruh, ketentraman bagi jiwa dan ketenangan bagi hati dan istirahat bagi tubuh. “Ketahuilah dengan berdzikir mengingat Allah lah hati menjadi tenang” (QS. ar-Ra’d : 28)

Syaikh Abdul Aziz Ath-Tharifi, Ulama yang juga menjabat sebagai Peneliti Ilmiah di Departemen Masalah Islam di Riyadh, Arab Saudi. (Twitter : @abdulaziztarefe) - Twit Ulama

Senin, 08 Mei 2017

Dengan Istighfar

Siapa yang dikaruniai anak wanita dan dia ingin dikaruniai anak laki-laki, hendaknya berikhtiar dengan wasiat Nabi Nuh: Perbanyak Istighfar, “Niscaya Dia akan memperbanyak harta dan keturunanmu” (QS. Nuh : 12)

Syaikh Sa’ad al-Qa’ud, anggota pengajar Universitas Internasional al-Ma’rifah, Riyadh. (Twitter : @saadalqaoud) - Twit Ulama

Haram Makmum Mengangkat Kepala Sebelum Imam

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Nabi : Tidakkah takut salah satu kamu jika mengangkat kepalanya sebelum imam, Allah akan menjadikan kepalanya, kepala himar atau Allah akan merubah rupanya, rupa himar. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 554.

Minggu, 07 Mei 2017

Tidak Ada Yang Mustahil

“Sesungguhnya Allah Maha Lembut kepada hamba-hambaNya” (QS. asy-Syura : 19).

Ketika engkau merasa bahwa semua usaha sudah tertutup, engkau akan tahu makna “Maha Lembut” yang kebaikan-Nya akan sampai padamu secara halus, sehingga terlaksanalah apa yang menurutmu mustahil.

Dr. Abdullah bin Balqasim lulusan S3 Universitas Darman, Sudan. (Twitter : @dr_Balgasem) - Twit Ulama

Sabtu, 06 Mei 2017

Untukmu Yang Menikah

Ungkapan yang paling shohih buat mempelai adalah yang telah datang dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam “ بارك الله لك وبارك عليك وجمع ” بينكما في خير . Diriwayatkan oleh Imam empat kecuali nasa’i

Dr. Syaikh Shalih ibn Abdillah Hammad Al-‘Ushaimi , Pengajar di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Seorang alim yang tekenal dengan memiliki banyak sanad. Disebutkan pula bahwa beliau telah belajar dari 1000 guru hingga saat ini. (Twitter : @Osaimi0543) - Twit Ulama

Haram Seorang Isteri Puasa Sunnat Tanpa Izin Suaminya

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Tidak dihalalkan seorang isteri puasa sunnat sedang suaminya ada di rumah, kecuali dengan izin suaminya. Dan tidak boleh isteri mengizinkan orang masuk rumah kecuali dengan izin suaminya. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 553.

Jumat, 05 Mei 2017

Takwa dan Maksiat

Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata:
وَمِنْهَا تَعْسِيْرُ أُمُوْرِهِ عَلَيْهِ فَلاَ يَتَوَجَّهُ لِأَمْرٍ إِلاَّ يَجِدُهُ مُغْلَقًا دُوْنَهُ أَوْ مُتَعَسِّراً عَلَيْهِ, وَهَذَا كَمَا أَنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ جَعَلَ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا, فَمَنْ عَطَّلَ التَّقْوَى جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ عُسْرًا, وَيَالله الْعَجَب كَيْفَ يَجِدُ الْعَبْدُ أَبْوَابَ الْخَيْرِ وَالْمَصَالِحِ مَسْدُوْدَةً عَنْهُ مُتَعَسِّرَةً عَلَيْهِ وَهُوَ لاَ يَعْلَمُ مِنْ أَيْنَ أَتَى

"Diantara dampak seseorang bermaksiat adalah Allah menyulitkan urusannya, maka tidaklah ia menuju suatu urusan kecuali ia mendapati urusan tersebut tertutup baginya, sulit untuk ditempuhnya. Hal ini sebagaimana bahwasanya barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan memudahkan urusannya. Barang siapa yang membuang ketakwaannya maka Allah akan menyulitkan urusannya. Sungguh mengherankan bagaimana seorang hamba mendapati pintu-pintu kebaikan dan kemaslahatan telah tertutup di hadapannya dan sulit baginya, lantas ia tidak tahu kenapa bisa hal ini menimpanya ?" (Al Jawaab Al Kaafi)
----------
FP : Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta 

Tipu Daya Iblis

Tipu daya iblis yang paling besar kepada manusia adalah tipu daya memperpanjang angan-angan untuk mendapatkan kepemimpinan dan kekuasaan. “Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata : “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tak akan binasa?” (QS. Thaha : 120)

Syaikh Abdul Aziz Ath-Tharifi, Ulama yang juga menjabat sebagai Peneliti Ilmiah di Departemen Masalah Islam di Riyadh, Arab Saudi. (Twitter : @abdulaziztarefe) - Twit Ulama

Bertobat Sebelum Terlambat

“Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nuur (24) : 31).

Ada seorang pemuda ahli maksiat, peminum miras dan pengonsumsi narkoba bernama Utbah al-Ghulam datang dan bergabung dalam majelis zikir Hasan al-Basri. Saat masuk majelis, pemuda ini mendengar sebuah ayat yang sedang dibacakan al-Basri, “Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka)?.” (QS. Al-Hadid (57) : 16).

Setelah Hasan al-Basri menjelaskan kandungan ayat tersebut secara mendalam, para jamaah menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba seorang pemuda berdiri dan menghampiri beliau, lalu bertanya, “Apakah Allah s.w.t. masih mau menerima orang fasik lagi durhaka seperti aku ini apabila mau bertobat?” Al-Basri menjawab; “Ya, Allah akan menerima tobatmu meskipun kefasikanmu dan kedurhakaanmu seperti Utbah al-Ghulam.”
Ketika al-Ghulam mendengar jawaban al-Bisri tersebut, wajahnya berubah menjadi pucat, seluruh tubuhnya gemetar, lalu menjerit dan pingsan. Setelah sadar, ia mendekati al-Basri.
Pemuda itu lalu membaca syair, “Wahai pemuda yang durhaka kepada Tuhan yang menguasai Arasy. Apakah engkau tahu apa yang menjadi balasan bagi orang-orang yang durhaka? Neraka Sa’ir adalah balasan bagi orang-orang yang durhaka. Di dalamnya mereka akan hancur. Kehancuran yang dahsyat itu akan terjadi pada hari dipegangnya ubun-ubun mereka. Jika engkau sabar (kuat) merasakan siksa neraka, teruskanlah kedurhakaanmu. Jika tidak, hentikanlah perbuatan durhaka itu. Kesalahan-kesalahan yang telah engkau perbuat itu karena engkau menghinakan dirimu. Karena itu, usahakanlah sekuat tenaga untuk menghindari kesalahan-kesalahan.”
Setelah membaca syair tersebut, ia kembali menjerit dan pingsan. Setelah sadar ia berkata ; “Wahai Syekh Hasan al-Basri, adakah Tuhan yang Maha Pemurah mau menerima tobat orang yang tercela seperti aku ini?” Beliau menjawab ; “Tidak ada yang menerima tobat seorang hamba yang angkuh kecuali Tuhan yang Maha Pema’af”.
Setelah membaca syair tersebut, al-Ghulam mengangkat kepalanya dan berdo’a dengan tiga permohonan. “Wahai Tuhanku, apabila Engkau menerima tobatku dan mengampuni dosaku maka berilah aku kecerdasan dalam memahami dan menghafalkan al-Qur’an sehingga aku bisa paham dan hafal setiap mendengar ilmu dan al-Qur’an.”
“Wahai Tuhanku, berilah aku suara yang indah nan merdu sehingga setiap orang yang mendengar bacaan al-Qur’anku bertambah lembut hatinya meskipun sebelum itu hatinya sangat keras.”
“Wahai Tuhanku, berilah aku rezeki yang halal lagi baik (tayib) dan rezeki dari arah yang tidak aku sangka-sangka.”
Tak lama setelah itu, Allah s.w.t. mengabulkan do’a al-Ghulam. Tobatnya diterima. Pemahaman dan hafalannya terhadap al-Qur’an bertambah, setiap membaca al-Qur’an, orang yang mendengarnya pun bertobat, kembali kepada jalan Allah. Setiap hari di rumahnya ada semangkuk gulai dan dua potong roti tanpa diketahui siapa pemberinya.
Kisah tersebut mengispirasi kita semua untuk selalu “menyadari diri sendiri” dan bertobat (kembali) kepada jalan kebenaran, jalan Allah, dengan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan dan perbuatan dosa yang besar maupun yang kecil. Tobat merupakan pintu gerbang menuju ampunan dan kasih sayang Allah, bahkan surga-Nya.
Keharusan bertobat itu bukan hanya bagi pemaksiat, melainkan juga berlaku bagi semua orang beriman karena muara dari bertobat, yakni keberuntungan dunia dan akhirat. “Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nuur (24) : 31). Tobat merupakan kunci makrifat (mengenal dan bersikap arif) kepada Allah sehingga dengan makrifat ini hamba dapat menjadi lebih mencintai dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Marilah kita selalu bertobat sebelum terlambat, sebab Allah itu Mahadekat dan Maha penerima tobat, serta kita tidak pernah tahu kapan ajal kematian itu menjemput kita. Wallahu a’lam !
----------------------------------------------
Muhbib Abdul Wahab, Buletin Jum’at Sakinah, Edisi 480/ th VII/ Februari 2015 M/ Rabi’ul Akhir 1436 H.

Kami Mendengar dan Kami Ta'at

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 284 - 286, Allah سبحانه وتعالى menasehati orang beriman dalam firman-Nya :

لِّلَّهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ ۗ وَإِن تُبْدُوا۟ مَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ اللَّـهُ ۖ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ ۗ وَاللَّـهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatan itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (284).

ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللَّـهِ وَمَلٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya," dan mereka mengatakan, "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa), "Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (285).

لَا يُكَلِّفُ اللَّـهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ ۚ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِينَ

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebaikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (286).

Asbabun Nuzul
Bersumber dari Abu Hurairah رَضِيَ اللََّهُ عَنْه dan Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما dikatakan bahwa : "Wa in tubdu ma fi anfusikum au tukhfuhu yuhasibkum bihillah" (QS. 2 : 284), para sahabat merasa keberatan, sehingga datang kepada Rasulullah ﷺ sambil berlutut memohon keringanan dengan berkata : "Kami tidak mampu mengikuti ayat ini (QS. 2 : 284)". Nabi ﷺ bersabda : "Apakah kalian akan berkata : "Sami'na wa 'ashaina" (kami mendengar akan tetapi tidak akan menurut), seperti apa yang diucapkan oleh dua ahli kitab (yahudi dan nasrani) yang sebelum kamu? Ucapkan "Sami'na wa atha'na ghufranaka rabbana wa-ilaikal mashir" (kami mendengar dan ta'at dan ampunilah kami wahai Tuhan kami, karena kepada-Mulah tempat kembali).. Setelah dibacakannya kepada para sahabat dan terbiasakan lidahnya, turunlah QS. 2 : 285 seperti tersebut diatas. Kemudian mereka laksanakan QS. 2 : 285 tersebut, dan turunlah ayat selanjutnya (QS. 2 : 286). (HR. Muslim).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 284.Allah ta'ala memberitakan bahwa kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada padanya yang ada di antara keduanya. Dia mengetahui semua yang ada di dalamnya, tiada yang samar bagi-Nya semua hal yang tampak dan yang tersembunyi serta yang tersimpan di dalam hati, sekalipun sangat kecil dan sangat samar.
Ketika ayat ini diturunkan, para sahabat merasa keberatan dan takut terhadap apa yang disebutkan oleh ayat ini serta takut terhadap hisab Allah yang akan dilakukan atas diri mereka menyangkut semua amal perbuatan mereka yang besar dan yang sekecil-kecilnya. Perasaan ini timbul dalam hati mereka karena iman dan keyakinan mereka sangat kuat.

QS. 2 : 285. Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. (Al-Baqarah: 285)
Ayat ini memberitakan perihal Nabi ﷺ dalam hal tersebut.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا بِشَرٌ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، قَالَ: ذُكِرَ لَنَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: "وَيَحِقُّ لَهُ أَنْ يُؤْمِنَ "
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah yang menceritakan, "Telah diceritakan kepada kami bahwa tatkala diturunkan kepada Rasulullah ﷺ ayat ini (Al-Baqarah: 285), maka Rasulullah ﷺ bersabda: 'Dan sudah seharusnya baginya beriman'."
Imam Hakim meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak-nya,
حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ الْفَقِيهُ: حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ نَجْدَةَ الْقُرَشِيِّ، حَدَّثَنَا خَلَّادُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا أَبُو عَقِيلٍ، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّه} قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "حُقَّ لَهُ أَنْ يُؤْمِنَ".
telah menceritakan kepada kami Abun Nadr Al-Faqih, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Najdah Al-Qurasyi, telah menceritakan kepada kami Khallad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Abu Uqail, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa setelah diturunkan kepada Nabi ﷺ firman-Nya: Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya. (Al-Baqarah: 285), Maka Nabi ﷺ bersabda: Sudah merupakan keharusan baginya beriman.
Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih sanadnya, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya.
Firman Allah Swt.:
وَالْمُؤْمِنُونَ
demikian pula orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah: 285)
di-ataf-kan kepada lafaz Ar-Rasul, kemudian Allah سبحانه وتعالى memberitakan perihal semuanya (Rasul dan orang-orang mukmin). Untuk itu Allah سبحانه وتعالى  berfirman:
{كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ}
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), "Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya." (Al-Baqarah: 285)
Orang-orang mukmin beriman bahwa Allah adalah Satu lagi Maha Esa, dan Tunggal lagi bergantung kepada-Nya segala sesuatu; tidak ada Tuhan selain Dia, tidak ada Rabb selain Dia. Mereka percaya kepada semua nabi dan semua rasul, serta semua kitab yang diturunkan dari langit kepada hamba-hamba Allah yang menjadi utusan dan nabi. Mereka tidak membeda-bedakan seseorang pun di antara mereka dari yang lainnya. Mereka tidak beriman kepada sebagian dari mereka, lalu kafir (ingkar) kepada sebagian yang lain.
Bahkan semuanya menurut mereka adalah orang-orang yang sadiq (jujur), berbakti, berakal, mendapat petunjuk, dan menunjukkan ke jalan kebaikan, sekalipun sebagian dari mereka me-nasakh syariat sebagian yang lain dengan seizin Allah, hingga semuanya di-mansukh oleh syariat Nabi Muhammad Saw. yang merupakan pemungkas para nabi dan para rasul; hari kiamat terjadi dalam masa syariatnya, dan masih terus-menerus ada segolongan dari umatnya yang membela perkara yang hak hingga hari kiamat tiba.
Firman Allah Swt.:
وَقالُوا سَمِعْنا وَأَطَعْنا
Dan mereka mengatakan, "Kami dengar dan kami taat." (Al-Baqarah: 285)
Yakni kami mendengar firman-Mu, ya Tuhan kami, dan kami memahaminya; dan kami menegakkan serta mengerjakan amal sesuai dengannya.
غُفْرانَكَ رَبَّنا
Ampunilah kami, ya Tuhan kami. (Al-Baqarah: 285)
Ayat ini mengandung makna permohonan ampun dan rahmat serta belas kasihan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Harb Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fadl, dari Ata ibnus Saib, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. (Al-Baqarah: 285) sampai dengan firman-Nya: (Mereka berdoa),  "Ampunilah kami, ya Tuhan kami.” (Al-Baqarah: 285) Maka Allah Swt. berfirman, "Aku telah mengampuni bagi kalian."
وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
dan kepada Engkaulah tempat kembali. (Al-Baqarah: 285)
Yang dimaksud dengan al-masir ialah tempat kembali dan merujuk kelak di hari perhitungan.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Sinan, dari Hakim, dari Jabir yang menceritakan bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah ﷺ ayat ini, yaitu firman-Nya: Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), "Kami tidak membedabedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya," dan mereka mengatakan, "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdoa), "Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Al-Baqarah: 285), Lalu Malaikat Jibril berkata: Sesungguhnya Allah telah memujimu dengan baik dan juga kepada umatmu. Maka mintalah, niscaya kamu akan diberi apa yang kamu minta. Maka Nabi ﷺ meminta, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah: 286), hingga akhir ayat.

QS. 2 : 286. Firman Allah سبحانه وتعالى :
 لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْساً إِلَّا وُسْعَها
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah : 286)
Dengan kata lain, seseorang tidak dibebani melainkan sebatas kesanggupannya. Hal ini merupakan salah satu dari lemah-lembut Allah سبحانه وتعالى kepada makhluk-Nya dan kasih sayang-Nya kepada mereka, serta kebaikan-Nya kepada mereka.
Ayat inilah yang me-nasakh dan merevisi apa yang sangat dikhawatirkan oleh para sahabat dalam firman-Nya :
{وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّه}
Dan jika kalian melahirkan apa yang ada di dalam hati kalian atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatan itu. (Al-Baqarah: 284)
Yakni sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى sekalipun melakukan perhitungan hisab dan menanyai, tetapi Dia tidak menyiksa kecuali terhadap hal-hal yang orang yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menolaknya. Adapun terhadap hal-hal orang yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan untuk menolaknya, seperti bisikan hati; maka manusia tidak dibebaninya, dan benci terhadap bisikan yang jahat termasuk iman.
Firman Allah سبحانه وتعالى :
لَها مَا كَسَبَتْ
Ia mendapat pahala dari apa yang diusahakannya. (Al-Baqarah: 286)
Yakni dari kebaikan yang diusahakannya.
وَعَلَيْها مَا اكْتَسَبَتْ
Dan ia mendapat siksa dari apa yang dikerjakannya.  (Al-Baqarah: 286)
Yaitu dari kejahatan yang dikerjakannya. Yang demikian itu berlaku atas semua amal perbuatan yang termasuk ke dalam taklif.
Kemudian Allah Swt. memberikan petunjuk kepada hamba-hamba-Nya, bagaimana cara memohon kepada-Nya dan Dia menjamin akan memperkenankannya, seperti yang diajarkan kepada mereka melalui firman-Nya:
رَبَّنا لَا تُؤاخِذْنا إِنْ نَسِينا أَوْ أَخْطَأْنا
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah, (Al-Baqarah: 286)
Maksudnya, jika kami meninggalkan suatu hal yang difardukan karena lupa, atau kami mengerjakan sesuatu yang haram karena lupa, atau kami keliru dari hal yang dibenarkan dalam beramal, karena kami tidak mengetahui cara yang dianjurkan oleh syariat. Dalam hadis sahih Muslim yang lalu telah disebutkan melalui hadis Abu Hurairah hal seperti berikut: Allah berfirman, "Ya."
Demikian pula dalam hadis Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Allah سبحانه وتعالى berfirman: Aku telah melakukan(nya).
Ibnu Majah meriwayatkan di dalam kitab sunnahnya dan Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya melalui hadis Umar dan Al-Auza'i, dari Ata; menurut Ibnu Majah di dalam riwayatnya menyebutkan dari Ibnu Abbas, dan Imam Tabrani serta Ibnu Hibban mengatakan dari Ata, dari Ubaid ibnu Umair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ»
Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku keliru, lupa, dan apa yang dipaksakan kepada mereka untuk melakukannya.
Hadis ini diriwayatkan pula melalui jalur yang lain. Imam Ahmad Ibnu Abu Hatim menilai hadis ini ada celanya.
وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ الْهُذَلِيُّ، عَنْ شَهْرٍ، عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لِأُمَّتِي عَنْ ثَلَاثٍ: عَنِ الْخَطَأِ، وَالنِّسْيَانِ، وَالِاسْتِكْرَاهِ" قَالَ أَبُو بَكْرٍ: فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلْحَسَنِ، فَقَالَ: أَجَلْ، أَمَا تَقْرَأُ بِذَلِكَ قُرْآنًا: {رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا}
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Huzali, dari Syahr, dari Ummu Darda, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah memaafkan umatku terhadap tiga perkara, yaitu keliru, lupa, dan dipaksa. Abu Bakar mengatakan bahwa lalu ia menuturkan hadis ini kepada Al-Hasan. Maka Al-Hasan menjawab, "Memang   benar, apakah engkau tidak membaca hal tersebut di dalam Al-Qur'an?", yaitu firman-Nya: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. (Al-Baqarah: 286)
Adapun firman Allah Swt.:
رَبَّنا وَلا تَحْمِلْ عَلَيْنا إِصْراً كَما حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنا
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. (Al-Baqarah: 286)
Artinya, janganlah Engkau membebani kami dengan amal-amal yang berat, sekalipun kami sanggup mengerjakannya; seperti yang telah Engkau syariatkan kepada umat-umat terdahulu sebelum kami, berupa belenggu-belenggu dan beban-beban yang dipikulkan di pundak mereka. Engkau telah mengutus Nabi-Mu —yaitu Nabi Muhammad Saw.— sebagai nabi pembawa rahmat yang di dalam syariatnya Engkau telah memerintahkannya untuk menghapus semua beban tersebut, sebagai agama yang hanif, mudah, lagi penuh dengan toleransi.
Telah disebutkan di dalam hadis sahih Muslim, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda bahwa setelah ayat itu diturunkan, Allah berfirman, "Ya."
Disebutkan dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda, "Setelah ayat ini diturunkan, Allah berfirman, 'Aku telah melakukannya'."
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan melalui berbagai jalur disebutkan dari Rasulullah ﷺ, bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
«بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ»
Aku diutus dengan membawa agama yang hanif (cenderung kepada perkara yang hak) lagi samhah (penuh dengan toleransi/keringanan).
Firman Allah Swt.:
رَبَّنا وَلا تُحَمِّلْنا مَا لَا طاقَةَ لَنا بِهِ
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. (Al-Baqarah: 286)
Yakni dari beban, musibah, dan cobaan;  atau janganlah Engkau menguji (mencoba) kami dengan cobaan yang tidak kuat kami hadapi.
Makhul telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. (Al-Baqarah: 286), Yaitu hidup melajang dan memperturutkan hawa nafsu; riwayat Ibnu Abu Hatim. Allah menjawab, "Ya." Di dalam hadis lain Allah menjawab, "Aku telah melakukan(nya)."
وَاعْفُ عَنَّا
Beri maaflah kami. (Al-Baqarah: 286)
Artinya, maafkanlah semua kelalaian dan kekeliruan kami menurut pengetahuan-Mu menyangkut semua hal yang terjadi antara kami dan Engkau.
وَاغْفِرْ لَنا
ampunilah kami. (Al-Baqarah: 286)
Yaitu atas semua kelalaian dan kekeliruan antara kami dan hamba-hamba-Mu, maka janganlah Engkau menampakkan kepada mereka keburukan-keburukan kami dan amal perbuatan kami yang tidak baik.
وَارْحَمْنا
dan rahmatilah kami. (Al-Baqarah: 286)
Yakni untuk masa datang kami. Karena itu, janganlah Engkau jerumuskan kami ke dalam dosa yang lain berkat taufik dan bimbingan-Mu.
Berangkat dari pengertian inilah maka mereka mengatakan bahwa sesungguhnya orang yang berdosa itu memerlukan tiga perkara, yaitu pemaafan dari Allah atas dosanya yang terjadi antara dia dengan Allah, dosanya ditutupi oleh Allah dari mata hamba-hamba-Nya hingga ia tidak dipermalukan di antara mereka, dan dipelihara oleh Allah hingga tidak lagi terjerumus ke dalam dosa yang serupa.
Dalam hadis yang lalu telah disebutkan bahwa Allah Swt. berfirman, "Ya," dan dalam hadis yang lainnya disebutkan bahwa Allah berfirman, "Telah Aku lakukan," sesudah ayat ini diturunkan.
Firman Allah سبحانه وتعالى :
أَنْتَ مَوْلانا
Engkaulah Penolong kami. (Al-Baqarah: 286)
Artinya, Engkau adalah Pelindung dan Penolong kami; hanya kepada Engkaulah kami bertawakal, dan Engkaulah yang dimintai pertolongan, dan hanya kepada Engkaulah berserah diri; tiada daya dan tiada kekuatan bagi kami kecuali dengan pertolongan-Mu.
فَانْصُرْنا عَلَى الْقَوْمِ الْكافِرِينَ
maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (Al-Baqarah: 286)
Yakni orang-orang yang ingkar kepada agama-Mu, ingkar kepada keesaan-Mu dan risalah Nabi-Mu, dan mereka menyembah selain-Mu serta mempersekutukan Engkau dengan seseorang di antara hamba-hamba-Mu. Tolonglah kami terhadap mereka, dan jadikanlah akibat yang terpuji bagi kami atas mereka di dunia dan akhirat. Lalu Allah Swt. berfirman, "Ya." Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui Ibnu Abbas, Allah Swt. berfirman, "Telah Aku lakukan."
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Musanna Ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Ishaq, bahwa Mu'az r.a. apabila selesai dari bacaan surat ini yang diakhiri dengan fimnan-Nya: Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (Al-Baqarah: 286), maka ia selalu mengucapkan, "Amin."
Asar ini diriwayatkan pula oleh Waki', dari Sufyan, dari Abu Ishaq, dari seorang lelaki, dari Mu'az ibnu Jabal. Disebutkan bahwa sahabat Mu'az ibnu Jabal apabila mengkhatamkan surat Al-Baqarah selalu mengucapkan, "Amiin."
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 89 - 90.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 30.
Ibnu Katsir Online Tafsir Surat Al Baqarah, ayat 284
Ibnu Katsir Online Tafsir Ayat Surat Al Baqarah, ayat 285-286

Kamis, 04 Mei 2017

Kisah Musa Dan Petunjuk-Nya

(Allah berfirman menceritakan kondisi Musa dan Bani Israil ketika dikejar Firaun dan tentaranya –pent) “Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku” (QS. asy-Syu’ara : 62). Bersama beliau ada 600.000 orang Bani Israil, akan tetapi nabi Musa hanya menyebutkan kebersamaan yang bermanfaat baginya (yaitu kebersamaan dengan Allah –pent)

Dr. Abdullah bin Balqasim lulusan S3 Universitas Darman, Sudan. (Twitter : @dr_Balgasem) - Twit Ulama

Haram Seorang Isteri Menolak Permintaan Suaminya

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Jika seorang suami memanggil isterinya untuk tidur di ranjang, maka menolak isterinya, hingga bermalam marah suami padanya, maka dilaknat isteri itu oleh Malaikat hingga pagi. (HR. Buchary dan Muslim).

Dalam lain riwayat : Hingga kembali menurut isteri itu kepada suaminya.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 552.

Rabu, 03 Mei 2017

Kehati - hatian

Wahai orang yang menjumpai kekerasan dalam hatinya! Hati-hatilah! Jangan sampai Anda mengingkari janji Anda kepada Allah!
Sebab Allah mengatakan, “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.” (QS. al-Maaidah : 13)

Prof. Dr. Muhammad bin Abdullah adalah professor dalam bidang aqidah dan perbandingan madzhab di King Su'ud University, Riyadh, KSA . (Twitter : @mohammadalwh) - Twit Ulama

Selasa, 02 Mei 2017

Karena Dengan Ujian Dan Cobaan

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib” (QS. ali Imran : 179).

Akan tetapi Dia akan menguji dan memberikan cobaan pada kalian.

Syaikh Abdurrahman bin Shalih As-Sudais, penulis kitab-kitab ilmiah diantaranya Syarh ‘Aqidah Ath-Thahawiyah. (Twitter : @assdais) - Twit Ulama

Makruh Bicara Sesudah Sholat Isya’ (3)

Terkecuali untuk kebaikan mempelajari ilmu, dzikir, melayani tamu dan kepentingan-kepentingan syar'i.

Anas r.a. berkata : Orang-orang pada menantikan Nabi tiba-tiba Nabi keluar kepada mereka hampir tengah malam, maka setelah selesai sholat Isya’, ia berdiri berkhutbah dan bersabda : Ingatlah, sesungguhnya orang-orang banyak yang telah sholat, lalu tidur dan kamu tetap dalam keadaan sholat selama kamu menantikan sholat. (HR. Buchary).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 551.

Sok Tahu

Note Trip, 5 Sya'ban 1438 H. Masih seputar memilih pemimpin daerah non muslim dan muslim. Hembusan menjauhkan agama dari pemerintahan sudah pernah ku dengar dari seseorang yang pernah aku temui di selatan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kata beliau-beliau, saat pemilu masih tiga partai, ada hembusan jangan pilih partai hijau, nanti kalau menang dan berkuasa NKRI akan dijadikan berhukum Islam seperti di Arab. Dan modifikasi menjauhkan negara dari ummat Islam terus dimodifikasi. 
Beberapa hari yang lalu di sebuah warung pinggiran kota Kendal Jawa Tengah aku mendengar pembicaraan, sebut saja mereka Paimin dan Paino.
Paimin : "Mari berpikir logis. Ini musim kampanye. Apa tujuan calon pemimpin muslim sholat Jumat di masjid? Knapa tidak sholat di rumah saja? Bisa terbaca kan niatnya? Apa si calon pemimpin non muslim pernah begitu? Bandingkan sendiri...!"
Paino : "Paimin yang baik, benci boleh aja. Beda pilihan politik pun boleh-boleh aja kok. Tapi mbok ya o jangan SOK TAHU mengenai ajaran agama orang lain. Yang namanya sholat Jumat, emang wajib di masjid, mana ada sholat Jumat di rumah. Ketahuan banget deh, begonya dirimu. Oh ya min, Islam juga mengajarkan bahwa SETIAP PRIA MUSLIM di-Wajibkan untuk shalat berjamaah di masjid, khususnya sholat lima waktu. Paham nggak maksudnya? Kalo nggak paham, ya sudah, mending diam saja daripada ketahuan begonya. Kamu juga tadi bilang, "calon pemimpin non muslim gak pernah kayak gitu." Ya tentu saja. Karena calon pemimpin non muslim khan orang kafir. Mana mungkin dia sholat jumat?"

Memang belakangan ini, banyak banget orang kafir yang sok tahu dan mengomentari ajaran Islam berdasarkan sudut pandang mereka sendiri. Sebenarnya ini bagian dari PENISTAAN AGAMA juga.

Senin, 01 Mei 2017

Cara Syaitan Menggoda

Sebagian salaf mengatakan, “Tidaklah Allah memerintahkan sesuatu melainkan syaitan akan mengganggu dengan dua cara, ia tak peduli dengan cara yang mana ia berhasil:
  1. Berlebih-lebihan
  2. Menyepelekan
Dr. Ahmad bin Hamd Jailani. Murid Syaikh Ibnu Baz. Da’i di Badan Penanggulangan Teroris Saudi. Beliau pernah ke Indonesia pada Januari 2013 . (Twitter : @ahmedjelin) - Twit Ulama