"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Rabu, 31 Agustus 2011

SKETSA

Merupakan suatu hal yang dapat dikatakan utama bagi seorang arsitek adalah kemampuan untuk membuat sketsa. Sketsa adalah bahasa pengungkapan pemikiran, idea-idea dan imajinasi dan suatu proyek/karya arsitektur; sebelum hal tersebut dikembangkan lebih lanjut. Presentasi sketsa adalah sangat bebas, karena hal ini sangat tergantung kepada pribadi si-arsiteknya. Setiap arsitek mempunyai gaya dan karakter garisnya sendiri dalam membuat sketsa; sehingga sifat sketsa adalah sangat pribadi dan otentik.
Antara idea/gagasan atau imajinasi, sketsa dan arsitek adalah tiga hal yang tak dapat dipisahkan secara tegas dan jelas. Ketiga hal tersebut dapat diperumpamakan sebagai halnya antara kepandaian berenang, air dan ikan. Mereka terjalin erat satu sarna lain. Idea/gagasan awal yang berupa sketsa ini, sangat menentukan bagaimana karakter rencana bangunan akan terekspresikan.
Pada taraf sketsa, sudah tentu perihal yang kecil-kecil atau detail-detailnya belum terlihat. Oleh sebab itu dalam tahapan rencana selanjutnya, sketsa ini akan mengalami perubahan-perubahan dan / atau penyempurnaan.
Dalam hal kemampuan membuat sketsa (walaupun hal ini mutlak bagi seorang arsitek), ternyata tidak semua arsitek dapat menyajikan atau mempresentasikan sketsa secara jelas dan mudah dimengerti oleh pemberi tugasnya atau orang lain yang melihatnya. Sejauh sketsa tersebut dapat komunikatif bagi awam yang melihatnya maka sketsa tersebut dapat dikatakan mendekati sempurna. Sempurna dalam arti adanya persesuaian antara gagasan/ imajinasi dan pengungkapannya ke dalam sketsa yang dapat dibaca oleh orang lain. Dan sebenarnya itulah fungsi mempresentasikan sketsa dalam profesi arsitek.
Disini diberikan beberapa sketsa dari para arsitek yang kami anggap komunikatif.
Contoh Sketsa 1
Contoh Sketsa 2
-------
Teknik Presentasi Gambar Arsitektur, F.X. Budi Widodo Pangarso, Jasin Nagawijaya dan Mauro Purnomo Raharjo, Bandung 1981, halaman 6

BANGSA YANG BENCI KEPADA MALAIKAT JIBRIL DAN MALAIKAT LAINNYA

Allah berfirman: (QS. Al- Baqarah: 97-98)
“Katakanlah, ”Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka sungguh Jibril itu telah menurunkannya (Al Qur’an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, membenarkan Ki tab-Kitab yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS 2 : 97)
”Barangsiapa menjadi musuh Allah, Malaikat-Malaikat-Nya Rasul-Rasul-Nya, Jibril dan Mikail dan sungguh Allah adalah musuh bagi orang-orang kafir.” (QS 2 : 98)

Ayat ini menjelaskan alasan Bangsa Yahudi untuk menolak beriman kepada Nabi Muhammad dan Al Qur’an, karena Jibril sebagai Malaikat yang membawa turunnya wahyu ini kepada Nabi saw. Namun ayat ini mematahkan dalih-dalih bohong bangsa Yahudi itu.
Ada riwayat dari Bangsa Yahudi yang diceritakan oleh seorang pendeta bernama Abdullah bin Shuriyah, yang bertanya kepada Nabi siapakah Malaikat yang membawa wahyu kepada Nabi. Ketika Nabi saw menjawab bahwa malaikat itu adalah JIbril, lalu pendeta tersebut berkata, “Jibril adalah musuh bangsa Yahudi. Karena ia pernah menyampaikan berita kepada Bangsa Yahudi akan datangnya kehancuran Baitul Máqdis”. Walaupun berita ini terbukti benar namun bangsa Yahudi beranggapan bahwa Jibril sebagai malaikat yang dibenci bangsa Yahudi.
Anggapan Bangsa Yahudi semacam ini jelas menunjukkan manusia yang sudah rusak mental dan sesat pikiran. Lebih-lebih dengan alasan benci kepada Jibril lalu memusuhi petunjuk-petunjuk Allah yang diberikan kepada Rasul-Nya. Kalau bangsa Yahudi benci kepada Jibril maka Malaikat ini pulalah yang membawa turun Kitab Taurat kepada Nabi Musa dan Kitab Zabur kepada Nabi Daud. Padahal mereka mengaku beriman kepada Kitab Zabur dan Taurat. Maka sesungguhnya dengan membenci Jibril sama artinya dengan membenci Allah. Karena yang menyuruh Jibril membawa turun Kitab-Kitab suci tersebut adalah Allah sendiri.
Dengan adanya dalih-dalih bohong yang dikemukakan untuk memusuhi Jibril adalah sebenarnya merupakan kedok belaka untuk mencari pembenaran bagi sikap mereka menolak beriman kepada Al Qur‘an dan Nabi saw.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 62 - 63

MASJID BAITUL MAKMUR Jl. Graha Prasetya Raya Semarang

Masajid Baitul Makmur Pedalangan Semarang
MASJID BAITUL MAKMUR
Jl. Graha Prasetya Raya Kelurahan Pedalangan
Kecamatan Banyumanik Semarang

Masjid ini tepat berada disisi jalan tol sepanjang pintu pembayaran Tembalang dan pintu keluar Sukun.

Senin, 29 Agustus 2011

Kewajiban Berlaku Adil dan Jujur

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوّٰمِينَ لِلَّـهِ شُهَدَآءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ اعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 5 : 8).

وَعَدَ اللَّـهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ الصّٰلِحٰتِ ۙ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang teriman dan yang beramal saleh (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. 5 : 9).

وَالَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَكَذَّبُوا۟ بِـَٔايٰتِنَآ أُو۟لٰٓئِكَ أَصْحٰبُ الْجَحِيمِ
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka. (QS. 5 : 10).

Tafsir Ayat
QS. 5 : 8. "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,...". Disini terdapat kalimat Qawwamin dari kata Qiyam, yang artinya tegak lurus. Marfu'ur ra'si, maufuru kamarah ! Kepala tegak, harga diri penuh ! Berjiwa besar karena hati bertauhid. Tidak ada tempat merundukkan diri melainkan Allah. Sikap lemah lembut, tetapi teguh dalam memegang kebenaran.
"..., menjadi saksi dengan adil...." . Kalau seorang mukmin diminta kesaksiannya dalam sesuatu hal atau perkara, hendaklah dia memberikan kesaksian yang sebenarnya saja, yakni yang adil. Tidak membolak-balik karena pengaruh sayang atau benci, karena lawan atau kawan. Mengatakan apa yang engkau tahu dalam hal itu, katakan yang sebenarnya, walaupun kesaksian itu akan menguntungkan orang yang tidak engkau senangi, atau merugikan orang yang engkau sayangi.
"... Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil...". Sebuah kebenaran yang ada di pihak dia, jangan dikhianati karena rasa bencimu karena kebenaran akan kekal dan rasa benci adalah perasaan bukan asli dalam jiwa, itu adalah hawa nafsu yang satu waktu akan mereda teduh.
"... Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa...". Keadilan adalah pintu yang terdekat kepada takwa, sedang rasa benci adalah membawa jauh dari Tuhan. Apabila kamu telah dapat menegakkan keadilan, jiwamu sendiri akan akan merasai kemenangan yang tiada taranya, dan akan membawa martabatmu naik di sisi manusia dan disisi Allah.
"... Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". Jiwa manusia dibawah pengawasan Tuhan, adakah dia setia memegang keadilan atau tidak.

QS. 5 : 9. "Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang teriman dan yang beramal saleh...". Pertama; imannya kepada Allah. Kedua; amalnya, kegiatan hidupnya, buah dari usahanya untuk sesama manusia, yang berdasar atas keadilan itu.
"... (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." Orang beriman adalah orang yang suka bekerja, orang yang tidak pernah menghentikan tangan, dan tujuannya senantiasa baik, saleh. Amal saleh yang bukan semata membilang tasbih. Setiap kegiatan hidup untuk diri dan masyarakat adalah amal.

QS. 5 : 10. "Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka". Orang yang tidak beriman, yaitu kufur. Amal pun tidak pula shalih. Menurut hukum keadilan Illahi tentu saja nerakalah tempatnya. Mungkin si kufur pernah juga beramal yang baik, tetapi karena dasar percaya kepada Tuhan tidak ada, maka hasil amal itu menjadi percuma. Dia tidak berurat dan berakar dari jiwa.
--------------------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 159.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 6, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 2000, halaman 155 - 158.
Tulisan Arab Al-Qur'an. 

TEKNIK GARIS

Oleh karena itu, biasanya perspektif dipergunakan oleh para arkitek sebagai salah satu cara untuk mengungkapkan ide/gagasan awalnya, berupa sketsa rencana bangunan kepada para pemberi tugasnya, maupun kepada sesama rekan arkitek.
Kemudian bertitik tolak dari sketsa awal tersebut, baru dapat dikembangkan menjadi keempat jenis gambar pertama tadi (yang disajikan secara frontal). Melihat fungsi dan gambar tersebut, maka sangatlah dituntut kemampuan membuat sketsa dan kepekaan rasa perspektifis terhadap sesuatu obyek dari tangan para arkitek.
Selain kelima jenis gambar-gambar arkitektur yang penting untuk dipresentasikan tersebut, masih ada beberapa jenis gambar arsitektur lainnya sebagai pelengkap, antara lain : gambar rencana struktur, gambar rencana sanitasi, gambar rencana tahapan pelaksanaan dan sebagainya.
Bagaimana teknik mempresentasikan gambar-gambar arsitektur tersebut, tentu berlainan bagi arsitek yang satu terhadap yang lainnya, dengan ciri khas/karakternya masing-masing.
Sampai sejauh ini, hanya dikenal adanya tiga macam teknik untuk mempresentasikan gambar-gambar tersebut, yaitu :

TEKNIK GARIS (LINE)
 
Merupakan teknik yang paling mudah dan sangat ‘flexible’, dalam arti cara yang tersederhana dan dapat dikembangkan menuju teknik yang lebih bervariasi.
Teknik ini, pada dasarnya memberikan kepada kita untuk menggambar atau menampilkan obyek secara ‘out-line’ nya saja. Baik itu berupa bidang, pertemuan dua bidang atau lebih, maupun massa maka hal tersebut disajikan dengan membuat garis luarnya. Sehingga akan sangat terlihat, bagaimana karakter garisnya. Dan hal ini merupakan faktor penting dalam teknik ini, karena akhirnya akan menampilkan karakter gambar secara utuh.
Beberapa arsitek menyajikan garis lurus dengan garis yang tidak secara mutlak harus lurus, tapi tetap berkesan hal itu lurus. Dan arsitek-arsitek yang lain menyajikan yang sebaliknya.
Media yang dapat digunakan dalam teknik garis ini adalah bermacam-macam, antara lain : dengan pinsil, tinta (paling sering digunakan oleh para arsitek). Sebuah buku “Teknik Menggambar Arsitektur” pernah membahas soal menggambar dengan teknik pinsil dan tinta ini. Yang penting disini adalah penggunaan variasi tebal-tipisnya garis, karena sedikit banyak akan mempengaruhi dalam presentasi arsitekturalnya

TEKNIK INTENSITAS NADA (TONE).
 
Pada teknik ini, sebenarnya juga terdapat elemen garis. Hanya elemen tersebut disini terbentuk dengan adanya perbedaan nada dan bidang-bidang yang ada. Entah bidang tersebut ada pada obyeknya, maupun antara obyek dan bidang latar belakangnya.
Bila kita perhatikan lebih tentang hubungan antara garis dan nada ini erat sekali. Apapun benda-benda itu (jadi termasuk disini adalah bangunan), disana hanya terdapat perbedaan nada dan bidang-bidangnya serta pertemuan-pertemuan bidang yang akan membentuk garis.
Sehingga sebenarnya tidak ada garis dalam arti murni; karena pada akhirnya tanpa ada perbedaan nada tersebut tidak akan terbentuk garis. Antara bidang dan garis tidak dapat dipisahkan secara tegas.
Teknik intensitas nada ini dipergunakan untuk memberikan nada tertentu pada bidang-bidang yang dimaksudkan. Dengan kepekaan yang dimilikinya seorang arsitek dapat menentukan tinggi-rendahnya intensitas nada tersebut. Kontras yang dicapai dalam nada-nada bidang tersebut akan menghasilkan garis-garis yang membentuk gambar secara keseluruhan. Semakin kontras perbedaan nadanya, akan semakin menampilkan garis yang membentuk obyek tersebut.
Media yang sering digunakan untuk membuat/menyajikan gambar dengan teknik ini adalah pinsil, cat air, cat plakat serta letra tone maupun letra film dan lain sebagainya.

TEKNIK KOMBINASI GARIS DAN NADA

Kedua teknik penyajian di atas digunakan sekaligus. Teknik paling sering digunakan oleh para arsitek, karena dapat menampilkan sebuah gambar arsitektur yang berkarakter tersendiri. Tidak terlalu berkesan ringan seperti pada teknik garis dan juga tidak terlalu berkesan masif seperti pada teknik intensitas nada. Kepekaan untuk menentukan bagian mana yang diselesaikan dengan teknik garis dan bagian mana dengan teknik intensitas nada sangat berpengaruh pada hasil akhir presentasi gambarnya.
Beberapa arsitek ada yang memilih pola bebas untuk menentukan hal tersebut di atas, tapi dalam buku ini juga kami berikan contoh presentasi gambar dengan pola yang teratur. Kesan akhir yang diperoleh sudah tentu akan berlainan.

ELEMEN DISAIN YANG LAIN
Yang merupakan pelengkap dari presentasi gambar arsitektur keseluruhan adalah seperti apa yang dibahas/ditulis pada buku “Teknik Menggambar Arsitektur”, yang antara lain menyebutkan bahwa imaginasi suasana dari gambar arkitektur akan terlihat sempurna dengan adanya penambahan elemen penunjang yaitu manusia, pohon, dan kendaraan.
Namun dalam hal presentasi gambar arkitektur, masih terdapat elemen lainnya yaitu : pengungkapan bahan-bahan bangunan; perihal penamaan (lettering) yang menyangkut komposisi dan dimensi huruf-huruf dan angka-angka; furniture; penggunaan notasi-notasi grafis seperti notasi arah utara, notasi potongan dan sebagainya; serta elemen disain lain yang khusus, yang tak sempat disebutkan disini.
Elemen-elemen ini sebaiknya dikomposisikan secara menyatu dengan gambar yang dimaksudkan sehingga presentasi gambar arkitektur tersebut merupakan presentasi yang lengkap dan sempurna.
-------
Teknik Presentasi Gambar Arsitektur, F.X. Budi Widodo Pangarso, Jasin Nagawijaya dan Mauro Purnomo Raharjo, Bandung 1981, halaman 2 dan 5

BANGSA YANG PALING RAKUS TERHADAP KESENANGAN DUNIA DAN TAKUT MATI

Allah berfirman: (QS. Al-Baqarah : 96)
“Dan sungguh engkau akan dapati mereka itu manusia yang paling tamak kepada kehidupan dunia dan bahkan melebihi orang orang musyrik, masing-masing mereka berharap sekali kalau umurnya dipanjangkan seribu tahun. Padahal umur panjang itu Sekali-kali tidak dapat menyelamatkannya dari siksaan. Dan Allah Maha Melihat segala perbuatan mereka.”

Bangsa Yahudi merupakan manusia yang paling serakah terhadap dunia, sekalipun kalau dibandingkan dengan orang-orang musyrik. Firman Allah yang berbunyi: “Bahkan melebihi orang-orang musyrik”, adalah sebagai kalimat penghinaan terhadap mereka. Karena memang orang-orang musyrik tidak percaya kepada hari kebangkitan dan hanya mengenal kehidupan dunia ini saja, maka bukanlah hal yang aneh kalau mereka serakah kepada kehidupan dunia saja. Adapun orang yang beriman kepada Kitab Allah dan mengakui adanya hari pembalasan, maka seharusnya dia tidak serakah kepada kehidupan dunia ini.
Setiap orang Yahudi berkeinginan besar untuk bisa hidup seribu tahun atau lebih. Keinginan ini sebenarnya didasarkan rasa takut pada siksa dan kemurkaan Allah. Menurut mereka bahwa di dalam dunia dengan segala pahit dan getirnya jauh lebih baik daripada siksa dan hukuman akherat, yang mereka yakini pasti terjadi.
Lebih jauh dari itu Bangsa Yahudi beranggapan bahwa dengan umur yang panjang boleh jadi akan dapat terlepas dari hukuman akhirat karena dilupakan kesalahan-kesalahan mereka oleh Allah. Namun hal ini dibantah oleh Allah. Sebab kekekalan di dunia tidaklah dapat membuat seseorang terlepas dari siksa dan hukuman yang telah tersedia untuk dirinya. Karena umur berapapun panjangnya, toh pasti berakhir.
Maka sebagai penegasan Allah menjelaskan bahwa Dia, Allah mengetahui perbuatan-perbuatan mereka, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan. Hukuman Allah di akherat kelak tidaklah menjadi hilang karena yang bersangkutan dapat mengalami umur panjang. Tetapi setiap kesalahan akan memperoleh hukuman yang setimpal.
Bangsa Yahudi merupakan manusia paling cinta untuk memperoleh kehidupan di dunia dan memang mereka berusaha mencapai hidup yang kekal itu. Sebenarnya mereka sendiri percaya ada hari kebangkitan dan pembalasan, tetapi karena mereka bersikap sombong, berbangga dengan rasa kebangsaan dan mengabaikan ajaran-ajaran Kitab suci mereka berlagak pilon sebagai manusia yang bisa mencapai hidup kekal di dunia.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 60 - 62

MUSHOLLA BAITURRAHIM Sumurboto Banyumanik Semarang

Musholla Baiturrahim Sumurboto Semarang
MUSHOLLA BAITURRAHIM
Jl Sumurboto Dalam III Kelurahan Sumurboto
Kecamatan Banyumanik - Semarang

MENGENAL KECAMATAN MINGGIR KABUPATEN SLEMAN

Minggir adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Minggir terletak di bagian barat dari Kabupaten Sleman. Pusat Kecamatan Minggir berada di wilayah Kelurahan Sendangagung, terletak di Jalan Kebonagung berjarak 50 meter dari Kantor Kelurahan Sendangagung di sebelah selatan, berjarak 50 meter dari Pasar Kebonagung di sebelah barat. 200 meter ke arah utara terletak Puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kecamatan Minggir pada khususnya, dan masyarakat di luar Kecamatan Minggir.
Tanaman Mendong, sepintas mirip Padi
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah bertani dengan menanam padi di sawah. Selain dimasak untuk makan sehari-hari, masyarakat juga menjual hasil tanaman padi dalam bentuk gabah atau beras sehingga dapat menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat. Selain tanaman padi, di wilayah Kecamatan Minggir dapat ditemui banyak tanaman mendong. Minggir terkenal dengan penghasil mendong yang digunakan untuk membuat tikar mendong atau "klasa", bahkan mengirim hasil mendong ke pengrajin mendong di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat). Sentra penghasil mendong dapat dijumpai di wilayah Kelurahan Sendangagung yaitu di wilayah Dusun Minggir, Kisik, Plembon, Bontitan, Mandungan, Baran, Jambon, dan Watugajah, selain di beberapa dusun yang lain.
Mata pencaharian masyarakat yang lain adalah kerajinan dari bambu jenis bambu apus atau "pring apus" yang banyak ditemui di dusun-dusun di wilayah Kecamatan Minggir. Sentra kerajinan anyaman bambu yang menghasilkan perabot rumah tangga seperti besek, tenggok, tumbu, tambir, tampah, kalo, dan kepang, dan juga penghias rumah seperti lampu gantung dapat dijumpai di wilayah Saidan, Brajan, Diro dan Kwayuhan. Bahkan hasil kerajinan dari bambu ini telah menembus pasar ekspor di luar negeri.
Pasar Tradisional Kebon Agung
Sentra kerajinan parut dapat ditemui di wilayah Dusun Pojok. Parut adalah alat kukur kelapa atau "krambil" yang terbuat dari kayu melinjo yang telah dipotong persegi dengan ukuran 10cm x 30cm dan diasah halus. Sebagai mata kukur digunakan potongan kawat halus yang dipotong sekitar 4mm ditanam sebagian di papan parut. Parut dari kayu ini banyak disukai kaum ibu di wilayah Yogyakarta pada umumnya, karena lebih cepat dalam proses mengukur kelapa dan jauh lebih murah dibandingkan dengan alat kukur modern yang terbuat dari aluminium.
Untuk industri makanan, di daerah Minggir juga ditemui berbagai makanan khas. Diantaranya yang terkenal adalah keripik belut, keripik paru, keripik bayam, slondok, dan jenang dodol. Keripik belut dihasilkan di daerah Pakeran dan Krompakan, sedangkan jenang dodol tersebar diberbagai desa, salah satunya adalah Krompakan.
--------------
Bahan Referensi  :
http://id.wikipedia.org/wiki/Minggir_II,_Sendangagung,_Minggir,_Sleman
http://id.wikipedia.org/wiki/Minggir,_Sleman

Sabtu, 27 Agustus 2011

Wudlu’, Mandi dan Tayamum

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَوٰةِ فَاغْسِلُوا۟ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا۟ بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا۟ ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ الْغَآئِطِ أَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا۟ مَآءً فَتَيَمَّمُوا۟ صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا۟ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ اللَّـهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Hai orang-orang yang beriman apabila kamu (mau) berdiri sholat, hendaklah kamu cuci muka-muka kamu, dan tangan-tangan kamu sampai siku-siku kamu, dan sapulah kepala kamu, dan (cucilah) kaki-kaki kamu sampai dua mata kaki; dan jika kamu berjunub, hendaklah kamu mandi; dan jika kamu sakit, atau dalam pelayaran, atau seorang daripada kamu datang dari buang air, atau kamu sentuh perempuan, tetapi kamu tak dapat air, maka hendaklah kamu bertayammum dengan tanah yang bersih, yaitu kamu sapu muka kamu, dan tangan kamu dengannya. Allah tidak hendak membikin keberatan atas kamu, tetapi Ia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni’mat-Nya atas kamu, supaya kamu bersyukur. (QS. 5 : 6).

وَاذْكُرُوا۟ نِعْمَةَ اللَّـهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثٰقَهُ الَّذِى وَاثَقَكُم بِهِۦٓ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ الصُّدُورِ
Dan ingatlah ni’mat Allah atas kamu dan perjanjian-Nya yang Ia janjikan kepada kamu di waktu kamu berkata : “Kami mendengar dan kami ta’at dan hendaklah kamu takut kepada Allah, karena Allah itu Mengetahui isi dada-dada (kamu) (QS. 5 : 7).

Tafsir Ayat

QS. 5 : 6. “Hai orang-orang yang beriman apabila kamu (mau) berdiri sholat, hendaklah kamu cuci muka-muka kamu, dan tangan-tangan kamu sampai siku-siku kamu, ....”. Maka ambillah air yang bersih basuhlah muka kamu terlebih dahulu. Dapatlah diketahui apa yang dikatakan muka, yaitu ke atasnya sampai batas tumbuh rambut, ke bawahnya sapai ujung dagu kekiri kanannya sampai telinga. Lebih baik dilebihkan sedikit, sehingga terkena semua. Setelah itu basuh pulalah kedua tangan, di mulai dari yang kanan sampai ke dua siku.
“.... , dan sapulah kepala kamu,....”. Menurut contoh Rasulullah ialah di basahi kedua telapak tangan, lalu disapukan sejak dari pangkal tempat tumbuh rambut kering dan diteruskan ke belakang sampai kuduk.
“.... dan (cucilah) kaki-kaki kamu sampai dua mata kaki; .....”. Batas mata kaki sudah terang, dan meliputi kaki itu akan seluruh ujung kaki yang dibawah mata kaki itu menurut tertib yang telah ditentukan Allah. Dengan demikian teranglah bahwasannya akan memulai sholat tidaklah sah kalau tidak melakukan wudlu’.
“.... dan jika kamu berjunub, hendaklah kamu mandi;...”. Junub ialah keadaan sesudah bersetubuh atau keluar mani karena yang lain, misalnya mimpi. Ketika itu letih lelah segala persendian dan urat saraf, sebab mani itu adalah sari seluruh badan. Dalam keadaan junub itu keadaan tidak bersih atau tidak suci, maka belumlah sah kamu sholat kalau hanya semata-mata dengan ber-wudlu’ saja.
“.... ; dan jika kamu sakit, atau dalam pelayaran, atau seorang daripada kamu datang dari buang air, atau kamu sentuh perempuan, tetapi kamu tak dapat air, .......”. Disebabkan empat sebab terjadinya halangan ber-wudlu’, maka,
“.... , maka hendaklah kamu bertayammum dengan tanah yang bersih, yaitu kamu sapu muka kamu, dan tangan kamu dengannya.....”. Tayamum adalah ganti air untuk wudlu’ dan untuk mandi wajib.
“..... Allah tidak hendak membikin keberatan atas kamu, tetapi Ia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni’mat-Nya atas kamu, supaya kamu bersyukur.”. Ini alasan pokok ketika sukar mendapatkan air atau membawa kesusahan atau bertambah sakit karena memakai air, walaupun ada air, diizinkan menggantinya dengan tayamum.

Latar Belakang Turunnya
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kalung Siti Aisyah telah jatuh dan hilang di suatu lapangan dekat kota Madinah. Rasulullah saw. memberhentikan untanya lalu turun, untuk mencarinya kemudian istirahat hingga tertidur di pangkuan Siti Aisyah. Tiada lama kemudian datanglah Abu Bakar menampar Siti Aisyah sekerasnya seraya berkata: “Kamulah yang menahan manusia karena sebuah kalung”. Kemudian Nabi saw. terbangun dan tibalah waktu Shubuh. Beliau mencari air tapi tidak mendapatkannya, maka turunlah ayat ini (QS 5 : 6). Maka berkatalah Usaid bin Mudlair: “Allah telah memberi berkah bagi manusia dengan sebab keluarga Abu Bakar”. Ayat ini mewajibkan berwudlu atau tayammum sebelum shalat. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari ‘Amr bin al-Harts dari Abdurrahman bin al-Qasim dari bapaknya yang bersumber dari Aisyah.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa setelah terjadi peristiwa kehilangan kalung Aisyah yang menimbulkan fitnah yang besar, pada suatu ketika dalam suatu peperangan beserta Rasulullah saw., kalung Aisyah jatuh lagi, sehingga orang-orang terhalang pulang karena perlu mencari kalung yang hilang itu. Berkatalah Abu Bakar kepada Aisyah: “Wahai anakku tiap-tiap perjalanan kau selalu menjadi bala’ dan menjengkelkan orang lain”. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. 5 : 6) yang membolehkan tayammum, sehingga Abu Bakar berkata : ”Sesungguhnya kau membawa berkah”. Diriwayatkan oleh at-Thabarani dari ’Ubbad bin Abdillah bin Zubair yang bersumber dari Aisyah.

QS. 5 : 7. “Dan ingatlah ni’mat Allah atas kamu .....”. Nikmat yang diberikan kepada kamu ingatlah baik-baik. Dari berpecah belah menjadi satu, dari gelap gulita kamu dibawa kepada Nur Islam. Dan ingat pulalah,
“... dan perjanjian-Nya yang Ia janjikan kepada kamu di waktu kamu berkata : “Kami mendengar dan kami ta’at ”.....”. Ingatlah bahwa di saat-saat yang penting di atas nama Tuhan Allah, Nabi dan pemimpin kamu Muhammad s.a.w. itu telah memadu janji dengan kamu. Bai’at akan sehidup semati di dalam menegakkan agama Allah.
“.... dan hendaklah kamu takut kepada Allah, .....”. Karena kamu adalah ummat yang telah dipercaya untuk membantu Rasul di dalam menjalankan kewajiban yang suci, tetapi berat. Namun jika badanmu telah bersih, sekurang-kurangnya lima kali sehari kamu ber-wudlu’ untuk menghadap Allah dengan hati yang suci pula, kamu tegakkan sholatil jama’ah untuk menyatupadukan hatimu semuanya, dan kamu ta’at setia mendengar dan menjalankan bimbingan Rasul-mu itu, niscaya tidaklah ada perkara berat yang tidak akan dapat diatasi.
“...., karena Allah itu Mengetahui isi dada-dada (kamu)”. Maka tidak dapat disembunyikan niat yang tidak ikhlas, bahkan Dia selalu memasang teropongnya atas tiap-tiap isi dada kamu, selalulah adakan pembersihan itu. Janganlah dimungkiri perjanjian dengan Allah. Tegakkanlah ikhlas dan hilangkanlah beramal karena riya’
-----------------
Bibliography :
Tafsir Qur'an Al-Furqan, A. Hassan, Penerbit Al Ikhwan Surabaya, Cetakan Kedua 1986, halaman 211 - 212.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke -5, 1985, halaman 174 - 176.
Tafsir Al-Azhar Juzu’ 6, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas, cetakan September 2000, halaman 146-154.
Tulisan Arab Al-Qur'an. 

Jumat, 26 Agustus 2011

MASJID AL HUDA Jl Tembalang Baru Semarang

Masajid Al-Huda Perumda Tembalang Baru
MASJID AL HUDA
Jl Tembalang Baru
Perumda Tembalang Baru
Kecamatan Tembalang Semarang

BANGSA YANG PALING SOMBONG DAN MEMBANGGAKAN ETNISNYA

Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah : 91)
”Dan bila mereka dikatakan, ”Berimanlah kamu kepada apa yang Allah telah turunkan”, maka mereka berkata, “Kami beriman kepada apa yang di turunkan kepada kami . Dan mereka kufur kepada apa yang datang sesudahnya, padahal itulah kebenaran yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah ”Tetapi mengapa kamu dahulu membunuh Nabi-nabi Allah, jika kamu benar orang yang beriman?”

Bangsa Yahudi pada zaman Nabi saw menolak untuk beriman kepada Al Qur’an dengan dalih, “Kami telah beriman kepada Kitab-Kitab yang dibawa para Nabi Bani Israil, seperti Taurat dan lain-lain.
Jawaban orang Yahudi ini kemudian dibantah oleh Allah dengan menyuruh Nabi Muhammad saw bertanya kepada mereka yang isinya sebagai berikut: “Jika kamu memang benar-benar jujur dalam mengikut, Kitab-Kitab yang Allah turunkan kepada Nabi-Nabi dahulu, mengapa kamu bunuh mereka?” Padahal agama kamu tidak membenarkan pembunuhan, bahkan pembunuhan dihukum dengan pembunuhan pula, lebih-lebih membunuh Nabi. Dengan demikian berarti, ucapan-ucapan kamu bertentangan dengan kenyataan dan fakta kamu.
Bangsa Yahudi, yang ada pada zaman Nabi saw dikaitkan dengan perbuatan nenek moyang mereka yang pernah melakukan pembunuhan terhadap Nabi mereka. Kalau Bangsa Yahudi berani melakukan pembunuhan terhadap para Nabi, maka tidak heran kalau mereka berani merendahkan dan menghina kaum mukminin.
Sebab seseorang yang berani berlaku kurang ajar kepada para Nabi, sudah tentu lebih berani pula berlaku kurang ajar kepada orang-orang mukmin. Lagi pula mereka sombong dan takabur karena nabinya bukan dari golongan Yahudi.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 58 - 60

PRESENTASI ARSITEKTUR

Bidang arkitektur, adalah menyangkut pada berbagai aspek kehidupan manusia. Selama kehidupan manusia ini masih berlangsung maka arkitekturpun ada dalam proses perkembangannya. Hal tersebut di atas sangat ditunjang oleh salah satu faktor yang memegang peranan yaitu, cara mempresentasikan gambar-gambar arsitektural.
Bagi seorang arkitek merupakan hal yang mutlak dikuasai untuk dapat menggambarkan idea, gagasan atau imaginasinya tentang bangunan yang direncanakan. Gambar arkitektur adalah merupakan media pengungkapan hal-hal yang dibayangkan oleh arkitek.
Oleh sebab itu sudah selayaknya bila gambar tersebut harus komunikatif, baik bagi para ahli bangunan maupun bagi pemberi tugas dan masyarakat umum.
Sudah diketahui umum bahwa untuk merealisasi suatu bangunan diperlukan gambar-gambar rencananya. Dalam hal ini terdapat dua macam gambar rencana tersebut, yaitu yang pertama adalah gambar-gambar arkitektur dan yang kedua adalah gambar-gambar kerja.
Terdapat perbedaan yang prinsipiil antara kedua macam gambar tersebut. Gambar kerja adalah gambar rencana bangunan yang diperuntukkan para pelaksana pembangunan. Disini disajikan bagaimana bangunan tersebut harus dilaksanakan, sehingga ukuran-ukuran yang menyangkut kunstruksi mutlak diperlukan, karena gambar kerja ini merupakan pedoman teknisnya. Gambar-gambar ini dikembangkan berdasarkan gambar-gambar arkitektur yang telah dibuatnya.
Sedangkan gambar-gambar arkitektur lebih menyajikan rencananya secara tiga dimensional; secara konsepsional ruang, walau disanapun tersaji prinsip-prinsip konstruksinya. Seorang arsitek senior, Prof. Ir. Herman D. Soedjono, M. Arch. pernah berkata bahwa bahasa arkitektur adalah bahasa ruang; ruang dan manusia merupakan aspek utama dalam dunia arkitektur. Dan sebenarnya inilah inti dari tujuan presentasi gambar-gambar arkitektur. Perbedaan lainnya adalah terletak pada proses disainnya. Untuk gambar-gambar arkitektural diperlukan ide dan pemikiran yang menyeluruh terhadap semua aspek yang mempengaruhinya, kaitan antara satu dengan yang lainnya dan sebagainya. (Termasuk di dalamnya adalah prinsip konstruksi dan cara membangunnya).
Selama ini dikenal ada lima buah jenis gambar-gambar arkitektur yang utama, yaitu rencana tapak (site-plan), denah, tampak, potongan dan perspektif.
Sumber : Majalah GRIYA ASRI
Empat gambar yang pertama digambar secara dua dimensional dengan menggunakan cara proyeksi orthogonal. Namun demikian tetap bertujuan memperlihatkan konsepsi ruangnya.
Rencana tapak, memberikan gambaran kepada pengamat tentang konsepsi ruang luarnya sedangkan denah lebih menitik beratkan kepada hubungan dan organisasi ruang dalamnya. Presentasi yang baik, akan selalu dapat memperlihatkan secara langsung fungsi dan dimensi yang dimaksudkan. Kedua gambar pertama ini dapat diumpamakan sebagai jiwa dan suatu rencana bangunan. Sedangkan penampilannya akan tercermir pada gambar tampak; yang sebaiknya mengungkapkan ekspresi dari bahan bangunan yang digunakan; apakah itu dari batu alam, batu bata, kaca dan sebagainya, dan akhirnya merupakan penampilan keseluruhan bangunan secara utuh.
Sumber : Majalah Griya ASRI

Potongan, merupakan pengungkapan rencana prinsip dari konstruksi yang digunakan. Sehingga tentang ukuran-ukuran dan juga bahan yang digunakan harus disertakan.
Perspektif, adalah suatu kesimpulan ataupun gambaran menyeluruh secara tiga dimensional dan rencana bangunannya. Dapat pula dikatakan, bahwa realita bangunan yang akan terjadi adalah seperti yang tersaji dalam gambar perspektif tersebut. Pengambilan sudut pandangnya sangat menentukan penampilan bangunan tersebut, baik ruang luarnya (eksterior) maupun ruang dalamnya (interior).
Pada umumnya, gambar inilah yang sangat komunikatif bagi para pengamatnya.







-----------
Teknik Presentasi Gambar Arsitektur, F.X. Budi Widodo Pangarso, Jasin Nagawijaya dan Mauro Purnomo Raharjo, Bandung, 1981, halaman 1
Majalah Arsitektur GRIYA ASRI, No. 222/026 Pebruari 2002, halaman 62

Janji Prasetia kepada ALLAH dan Penyempurnaan Agama Islam

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُحِلُّوا۟ شَعٰٓئِرَ اللَّـهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْىَ وَلَا الْقَلٰٓئِدَ وَلَآ ءَآمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّن رَّبِّهِمْ وَرِضْوٰنًا ۚ وَإِذَا حَلَلْتُمْ فَاصْطَادُوا۟ ۚ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ أَن صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَن تَعْتَدُوا۟ ۘ وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوٰنِ ۚ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ ۖ إِنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-nya, dan binatang binatang qalaa'id, dan Jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Tuhannya, dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji. maka bolehlah berburu. Dan jangan]ah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalagi-halangi kamu dan Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah. sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. 5 : 2).

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّـهِ بِهِۦ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَآ أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا۟ بِالْأَزْلٰمِ ۚ ذٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلٰمَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّـهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai. darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekek, yang dipukul, yang jatuh. yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam Itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengantun lagi Maha Penyayang. (QS. 5 : 3).

يَسْـَٔلُونَكَ مَاذَآ أُحِلَّ لَهُمْ ۖ قُلْ أُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُ ۙ وَمَا عَلَّمْتُم مِّنَ الْجَوَارِحِ مُكَلِّبِينَ تُعَلِّمُونَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَكُمُ اللَّـهُ ۖ فَكُلُوا۟ مِمَّآ أَمْسَكْنَ عَلَيْكُمْ وَاذْكُرُوا۟ اسْمَ اللَّـهِ عَلَيْهِ ۖ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Mereka menanyakan kepadamu: “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?”. Katakanlah: “Dihalalkan bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya untuk berburu: kamu mengajarnya menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu. dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah. sesungguhnya Allah amat cepat hisah-Nya”. (QS. 5 : 4).


Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya. tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amal-amalnya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi. (QS. 5 : 5).

Latar Belakang Turunnya Ayat QS. 5 : 2
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa al-Hathmu bin Hindun al-Bakri datang ke Madinah membawa kafilah yang penuh makanan, dan memperdagangkannya. Kemudian ia menghadap kepada Nabi saw, untuk masuk Islam dan baiat (sumpah setia). Setelah ia pulang, Nabi saw. bersabda kepada orang-orang yang ada pada waktu itu: “Bahwa ia masuk ke sini dengan muka seorang jahat dan pulang dengan punggung penghianat”.
Ketika orang itu sampai ke Yamamah; iapun murtad dari Agama Islam.
Pada suatu waktu pada bulan Dzul-qaidah ia pun berangkat membawa kafilah yang penuh dengan makanan menuju Mekah. Ketika Shahabat Nabi saw. mendengar berita kepergiannya Mekah bersiaplah segolongan Kaum Muhajirin dan Anshar untuk mencegat kafilahnya. Akan tetapi turunlah ayat ini (QS. 5 : 2) yang melarang perang pada bulan haram. Pasukan itu pun tidak jadi mencegatnya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘lkrimah. Diriwayatkan pula oleh as-Suddi seperti itu.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa dengan terhalangnya Rasulullah saw. dan para shahabat mengerjakan ‘umrah Masjidil Haram di Mekah, (yang menimbulkan perjanjian Hudaibiah antara Kaum Muslimin dan Musyrikin) para Shahabat Nabi merasa kesal karenanya.
Pada suatu hari lalulah orang-orang musyrikin dari ahli masyriq akan menjalankan ‘Umrah. Berkatalah para shahabat Nabi saw “Mari kita cegat mereka sebagaimana mereka pernah mencegat shahabat-shahabat kita”. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. 5 : 2) sebagai larangan untuk membalas dendam. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Zaid bin Aslam.

Latar Belakang Turunnya Ayat QS. 5 : 3
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Hibban sedang menggodog daging bangkai, Rasulullah saw. ada bersamanya. Maka turunlah ayat ini (QS. 5 : 3) yang mengharamkan bangkai. Seketika itu juga isi panci itu dibuang. Diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dalam Kitabush-Shahabah dan Abdullah bin Jabalah bin Hibban bin Hajar dari bapaknya yang bersumber dari datuknya (Hibban bin Hajar).

Latar Belakang Turunnya Ayat QS. 5 : 4
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Jibril datang kepada Nabi saw. dan minta idzin untuk masuk. Nabi saw. mempersilahkannya, tetapi Jibril lambat sekali, sehingga beliau mengeluelukannya. Jibril berdiri di pintu. Lalu Jibril berkata: “Saya telah minta idzin kepada tuan”. Rasulullah membenarkannya. Lalu Jibril berkata: “Kami tak mau masuk rumah yang ada gambar anjing”. Dengan peristiwa itu Rasulullah saw. mendapat bahwa di sebagian rumah shahabat terdapat anjing. Setelah itu Rasulullah memerintahkan Abu Rafi’ untuk tidak membiarkan seekor anjing pun hidup di Madinah. Para shahabat datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya: “Apa yang halal bagi kami dari hewan-hewan yang engkau perintahkan membunuhnya”. Maka turunlah ayat ini (QS. 5 : 4) yang menerangkan bahwa yang halal itu adalah yang baik. Diriwayatkan oleh at-Thabarani, al-Hakim, Baihaqi dan lainnya yang bersumber dari Abi Rafi’.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Rasulullah saw. mengutus Abu Rafi’ sampai ke kampung-kampung untuk membunuh setiap anjing. Maka datanglah ‘Ashim bin ‘Adi, Sa’ad bin Hatsamah dan ‘Uwaimir bin Sa’adah menghadap kepada Rasulullah dan bertanya: “Apa yang dihalalkan bagi kami. Maka turunlah ayat ini (QS 5 : 4) sebagai jawabannya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Ikrimah.
--------------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 171 - 174.
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 156 - 158.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 6, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan Septemper 2000, halaman 103 - 109.
Tulisan Arab Al-Qur'an. 

Kamis, 25 Agustus 2011

MASJID AL HUDA Jl Durian Utara III Pedalangan Kec Banyumanik Semarang

Masjid Al Huda Jl Durian Utara Pedalangan Semarang
MASJID AL HUDA
Jl. Durian Utara III RW II
Kelurahan Pedalangan Kec Banyumanik
Semarang

BANGSA YANG PALING SENANG BERMUSUHAN DENGAN SESAMANYA

Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:84-85)
”Dan ingatlah ketika Kami mengambil janjimu bahwa kamu tidak akan menumpahkan darahmu dan tidak akan mengusir dirimu dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar dan kamu pun menyaksikannya.” (QS 2 : 84)
”Kemudian kamu sendirilah yang membunuh dirimu dan mengusir segolongan dari padamu dari kampung halamannya. Kamu bantu membantu berbuat dosa dan permusuhan terhadap mereka. Dan jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan kamu tebus mereka, padahal pengusiran terhadap mereka itu terlarang bagimu. Maka apakah kamu beriman kepada sebagian yang lain? Maka tidak ada balasan orang yang berbuat demikian di antaramu, selain kehinaan dalam hidup di dunia ini dan pada hari Kiamat mereka akan dimasukkan ke dalam siksa yang amat berat. Dan Allah Maha tiada lalai dari perbuatan.” (QS 2 : 85)

Bangsa Yahudi pada zaman Nabi Musa telah menerima perjanjian dari Allah, yang isinya: Kamu tidak boleh saling menumpahkan darah dan mengusir sesamamu dari kampung halaman dan tanah air kamu sendiri”
Perjanjian ini turun-temurun dipesankan oleh bangsa Yahudi kepada anak keturunannya dan telah menjadi bagian dari ajaran Taurat. Perjanjian ini diakui oleh keturunan bangsa Yahudi sepanjang zaman walaupun bangsa Yahudi yang hidup di masa Rosulullah saw. Tetapi ternyata bangsa Yahudi melanggar isi perjanjian tersebut, di antaranya terjadi pada Bangsa Yahudi yang tinggal di jazirah Arab. Di antara contoh kejadian itu ialah suku Yahudi Bani Qauniqa’ karena bersekutu dengan suku Aus dari penduduk Madinah bermusuhan dengan saudara mereka seagama, yaitu suku Yahudi Bani Quraidhah, begitu pula suku Yahudi Bani Nadzir, sekutu suku Khazraj. Suku Aus dan Khazraj ini sebelum Islam, terlibat dalam permusuhan saling membunuh yang melibatkan pula sekutu-sekutu mereka.
Dalam riwayat disebutkan bahwa setiap suku Yahudi membantu suku Bangsa Arab dan orang Yahudi yang menjadi sekutunya berperang melawan suku Bangsa Arab lainnya yang juga bersekutu dengan suku Bangsa Yahudi yang lain.
Konon, jika sebagian Bangsa Arab dan orang Yahudi yang menjadi aliansinya menawan orang-orang Yahudi yang menjadi musuh mereka, dan mereka menyetujui untuk menerima tebusan tawanan itu, maka setiap golongan Bangsa Yahudi menebus putra-putra sebangsanya meski mereka menjadi musuhnya. Kemudian mereka membuat-buat alasan bahwa Kitab Taurat menyuruhnya rnenebus tawanan bangsa yang terpilih ini. Jika memang mereka benar-benar percaya kepada apa yang dikatakannya itu, kenapa mereka memerangi dan mengusir mereka dari kampung halamannya? Padahal Taurat melarang perbuatan tersebut. Bukankah perbuatan seperti itu berarti penghinaan dari mempermainkan agama?
Kedurhakaan Bangsa Yahudi semacam itu oleh Allah ditegur dengan pertanyaan pertanyaan yang bersifat mengejek dan menghina tingkah laku mereka semacam itu. Kepada mereka dilontarkan pertanyaan: “Apakah kamu melakukan perbuatan tersebut lantaran kamu hanya mau beriman kepada sebagian ajaran Taurat? Yang demikian itu karena di dalam Taurat telah diambil perjanjian dari Bani Israil, agar sebagian mereka tidak membunuh sebagian yang lain dan tidak mengusir sesama mereka dari kampung halamannya. Dan Allah telah berfirman: “Siapapun dari budak laki-laki atau perempuan Bangsa Israil yang kamu temui, maka belilah dan bebaskanlah dia”.
Akan tetapi justru membunuh dan mengusirnya dari kampung halamannya; ini berarti mereka telah melanggar.
Kemudian mereka tebus orang-orang Yahudi yang jadi tawanan guna menepati perintah Kitab Taurat. Perbuatan semacam ini tiada lain berarti bahwa Bangsa Yahudi hanya menerima sebagian dari ajaran Taurat dan mengingkari sebagian lainnya. Yaitu mereka mau menebus sesama orang Yahudi yang menjadi tawanan perang musuh, tetapi mereka tetap saling membunuh, padahal menurut ajaran Taurat perbuatan semacam ini dilarang.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 55 - 58

Penuhi 'Uqud-mu

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَوْفُوا۟ بِالْعُقُودِ ۚ أُحِلَّتْ لَكُم بَهِيمَةُ الْأَنْعٰمِ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّى الصَّيْدِ وَأَنتُمْ حُرُمٌ ۗ إِنَّ اللَّـهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah 'uqud itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu, (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. 5 : 1).

Tafsir Ayat
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah 'uqud itu...". Uqud adalah kata jama' dari 'aqd (akad), sehingga artinya menjadi luas daripada janji. Maka di dalam ayat ini orang yang mengaku dirinya beriman supaya sempurna 'uqud yang telah dibuatnya.
Ayat ini menunjukkan bahwa segala macam 'aqad atau 'uqud, janji dan kontrak, agremen dan sebagainya, diakui oleh Islam, dan wajib diteguhi dan dipenuhi. Kalautidak diteguhi atau kalau dipungkiri, maka si pelanggarnya telah melepas diri dari ciri-ciri orang yang beriman. Kecuali janji menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.
Memenuhi janji berlaku juga diantara orang Islam dengan yang bukan Islam. Oleh sebab itu janganlah ada orang Islam yang berpikir bahwa janji dengan pemeluk agama lain boleh dipungkiri.
"... Dihalalkan bagimu binatang ternak, ...". Binatang ternak yang halal dimakan; yaitu unta, lembu, kambing dan domba.
"..., kecuali yang akan dibacakan kepadamu, ". Yaitu makanan yang diharamkan, detailnya di QS. 5 : 3.
"..., (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji....". Kalau sedang berihram, baik umrah ataupun haji, haram berburu dan memakan binatang buruan. Atau sedang berada dalam lingkungan tanah haram yang sudah diberi tanda sekeliling kota Madinah, meskipun telah selesai mengerjakan haji atau umrah.
"... Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya". Ayat ini mutlak bagi orang  mukmin yang telah terikat janji dengan Allah untuk patuh menurut perintah. Percayalah apa yang dihalalkan Allah adalah baik. Dan apa yang diharamkan Allah itu pastilah buruk, keji dan najis. Baik mengenai jasmani ataupun rohani.   
--------------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 156.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 6, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan Septemper 2000, halaman 103 - 109.
Tulisan Arab Al-Qur'an. 

Rabu, 24 Agustus 2011

Beberapa Kejelekan Orang Kafir dan Munafik

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ الْكٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَتُرِيدُونَ أَن تَجْعَلُوا۟ لِلَّـهِ عَلَيْكُمْ سُلْطٰنًا مُّبِينًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mumin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? (QS 4. : 144).

إِنَّ الْمُنٰفِقِينَ فِى الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (QS 4. : 145).

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا۟ وَأَصْلَحُوا۟ وَاعْتَصَمُوا۟ بِاللَّـهِ وَأَخْلَصُوا۟ دِينَهُمْ لِلَّـهِ فَأُو۟لٰٓئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّـهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا
Kecuali orang orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. (QS 4. : 146).

مَّا يَفْعَلُ اللَّـهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَءَامَنتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّـهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
Mengapa Allah akan menyiksamu. jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukari lagi Maha Mengetahui. (QS 4. : 147).
-----------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 146 - 147.
Tulisan Arab Al-Qur'an. 

Masjid Al-Umar Sendangsari Minggir Sleman


Masjid Al-Umar Sendangsari Minggir Sleman
MASJID AL UMAR
Parakan Wetan Ds Sendangsari
Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta

BANGSA YANG PALING SEDIKIT ORANG-ORANG BAIKNYA

Allah berfirman (QS. Al Baqarah 83)
“Dan ingat lah ketika kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, yaitu, “Janganlah kamu menyembah kecuali Allah, dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin. Ucapkanlah kepada manusia kata-kata yang baik, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian di antara kamu, dan kamu selalu berpaling.”

Ayat ini mengingatkan Bangsa Yahudi yang ada pada zaman Nabi agar mengingat kembali perintah-perintah Allah kepada nenek moyang mereka untuk beribadah dan bermu’amalah sesuai dengan petunjuk Allah. Akan tetapi ternyata kemudian nenek moyang mereka melanggar perintah-perintah tersebut dan meninggalkan tuntunan agama, kecuali hanya sedikit saja yang tetap patuh.
Ayat ini ditujukan kepada para Nabi dan para sahabatnya dengan maksud agar secara sungguh-sungguh memperhatikan hal ihwal Bangsa Yahudi yang perangainya telah begitu bobrok, karena nenek moyang mereka gemar meninggalkan bimbingan dan petunjuk Allah. Dengan memperhatikan karakter nenek moyang mereka semacam itu, maka janganlah Nabi dan para sahabat terlalu mengharapkan Bangsa Yahudi untuk beriman kepada Islam.
Di dalam ayat ini bangsa Yahudi diperintahkan untuk:
  • Hanya menyembah kepada Allah semata-mata. Mereka dilarang menyembah selain Allah, padahal mereka selama ini selalu menyembah Allah, sebab dikhawatirkan mereka akan menyekutukan Allah dengan yang lain, baik berupa Malaikat, manusia ataupun berhala dengan menghadapkan do’a kepadanya atau dengan macam-macam ibadah lainnya. Agama Allah yang disampaikan melalui para Rasul semuanya adalah anjuran menyembah kepada Allah dan tidak boleh menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. 4 ayat 36. Jadi, tauhid itu dasarnya sekaligus dua, yaitu : menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
  • Berbuat baik kepada orang tua.
  • Berbuat baik kepada kerabat.
  • Berbuat baik kepada anak yatim dan orang-orang miskin.
  • Berkata benar dan baik.
  • Menunaikan kewajiban shalat dan membayar zakat.
Karena shalat dapat memperbaiki jiwa dan membersihkan manusia dari sifat-sifat rendah dan membangun akhlaq-akhlaq utama. Sebab dengan shalat dapat dipupuk jiwa ikhlas karena Allah dan patuh semata-mata kepada kekuasaan-Nya.
Sedangkan zakat dapat memperbaiki kehidupan masyarakat. Kaum Yahudi punya bermacam-macam kewajiban zakat, di antaranya: zakat yang khusus diberikan kepada keluarga Nabi Harun saja, dan sekarang diberikan kepada kaum Lawiy, salah satu di antara suku-suku mereka, zakat untuk orang-orang miskin, zakat buah-buahan, zakat pengeringan tanah, yaitu setahun pada setiap tujuh tahun tanah dibiarkan tidak digarap dan tidak ditanami, dan segala tanaman yang tumbuh dan berbuah pada tahun kering ini menjadi harta zakat.
Akan tetapi justru bangsa Yahudi tidak melaksanakan perintah-perintah tersebut, bahkan mengingkari dan meninggalkannya. Akibat mereka meninggalkan perintah Allah, muncullah pendeta dan pastur yang dijadikan ganti sebagai Tuhan, dimana mereka dengan selera sendiri menghalalkan dan mengharamkan, membolehkan dan melarang sesuatu serta membuat cara-cara ibadah dengan sesuka hati mereka. Mereka seolah-olah menjadi saingan Allah, karena berani membuat hukum untuk bangsa Yahudi tanpa izin Allah.
Perbuatan mereka tidak hanya terjadi di bidang ibadah, tetapi meluas kepada perilaku sosial ekonomi, sehingga mereka bakhil mengeluarkan zakat yang telah menjadi kewajiban mereka. Mereka pun bakhil untuk membantu nafkah keluarga dekat, anak yatim dan golongan miskin. Bahkan hak-hak golongan yang terlantar ini mereka rampas. Mereka tidak mau melakukan amar ma’ruf nahi munkar yang membuktikan betapa rendahnya perhatian mereka kepada agama. Orang-orang Yahudi yang masih mau berbuat baik kecil sekali, sehingga tidak lagi punya pengaruh berarti ditengah masyarakat. Akibatnya mayoritas masyarakat menjadi rusak dan nilai kebajikan tenggelam di tengah kebobrokan mental sehingga membinasakan bangsa Yahudi.
Al Qur’an menyebutkan pengecualian “sedikit sekali” orang-orang Yahudi yang berbuat baik untuk menunjukkan bahwa adanya orang-orang shaleh yang segelintir jumlahnya di tengah ummat yang sudah rusak tidak akan berarti apa-apa untuk mencegah turunnya adzab Allah yang menimpa bangsa tersebut.
Maka kalau pada zaman Nabi Musa, bangsa Yahudi yang mau berbuat baik sedikit sekali sudah tentu pada zaman Nabi Muhammad mereka tidak dapat diharapkan untuk menjadi orang-orang yang tulus dan ikhlas mematuhi ajakan Islam. Begitulah seharusnya kita bersikap kepada Bangsa Yahudi, yaitu bahwa mayoritas Bangsa Yahudi adalah orang-orang yang sama sekali tak dapat dibimbing pada kebaikan dan bangsa yang sangat tidak senang mentaati tuntunan agama.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 52 - 55

ISLAM, KRISTEN DAN HINDUISME

Hang there like fruit, my soul, till the tree dies.
Bergantunglah hak buah, jiwaku, sampai pohonnya mati.
Tennyson

Tak dapatlah disangkal bahwa bila orang menyebut Yesus Kristus atau Nabi ‘Isa a.s.. maka kita akan melihat siapa yang mengatakannya. Bila kata ini keluar dari mulut seorang Muslim maka yang dimaksudkannya adalah seorang yang diciptakan Tuhan dari daging dan darah, yang lemah tak berdaya dibandingkan dengan Tuhan pencipta semesta alam. Bila Yesus diciptakan tanpa ayah, maka ini hanyalah membesarkan nama Tuhan sebagai Pencipta yang sempurna tak terbatas dan tidaklah berhak kita memuja ciptaan-Nya, tidak pula ciptaan-Nya itu berhak dipuja. Tuhan berhak melanggar hukum sebab-akibat (Gesetsz der Kausalitat), yang telah dibuktikan-Nya dengan menciptakan seluruh alam semesta ini. Bila sebutan Yesus datang dari seorang Kristen maka yang dimaksudkannya adalah Tuhan, Anak dan Allah Bapak. Apabila seorang Kristen menyebut penjelmaan Tuhan ke dalam tubuh manusia, maka yang dimaksudkannya adalah penjelmaan Tuhan ke dalam tubuh Yesus secara insidental dan hanya terjadi sekali.
Dan bila keluar dari mulut seorang Hindu maka ini merupakan satu ajaran, di mana Tuhan sering menjelmakan diri-Nya menjadi manusia sebagai Krishna, Budha dan sebagainya.
Bila seorang Kristen menyebut tiga oknum Tuhan, maka yang dimaksudkannya ialah Allah Bapak, Anak dan Roh Kudus. Sebaliknya, bila seorang Hindu, maka yang dimaksudkannya adalah Brahma, Wishnu, dan Shiwa. Di sinilah terletak interrelasi itu.
Tak dapatlah disangkal bahwa Islam sangat menentang politheisme, menentang anthropomorphic God, menentang ketuhanan Yesus atau Isa. as.
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Tuhan itu al-Masih putra Maryam”. (al-Maidah : 17).

Dan Islam tidak dapat menerima Tuhan Tiga atau Tritunggal:
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain Tuhan Yang Esa. (al-Maidah : 73)

Yesus sebagai Anak Allah sangat ditentang Islam. Dan orang-orang Kristen mengatakan Al-Masih anak Maryam itu anak Allah. Perkataan dari mulut itu menyerupai perkataan orang kafir pada masa dahulu kala. (at-Taubah : 31).
Islam menganggap Yesus hanya sebagai seorang Nabi, seperti Nabi-nabi lainnya:
Dan janganlah kamu mengatakan (Tuhan itu) tiga. Berhentilah (dari ucapan itu). (itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa. (an-Nisa : 171).
Islam berfilsafat Tauhid, yang dengan tegas dinyatakan dalam Al-Qur’an:
Katakanlah: “Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa” Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. (al-Ikhlash : 1-4).

Sebutan Allah, istilah al-Qur’an, menunjukkan sejelas-jelasnya pada pengertian Tuhan Yang Esa, yang tunggal dan satu-satunya itu. Istilah al-Qur’an untuk Tuhan yalah ilah (baca ilaah), sedang Allah didahului kata sandang Al, kata sandang tertentu (definit article) dan dengan demikian merupakan istilah dan nama yang tidak mungkin berarti lain dari Allah Tuhan Yang Maha Esa.
Penggunaan asma Allah dalam pengertian yang lain dari itu, sangat menusuk perasaan Islam, apalagi penggunaannya dalam pengertian bukan Tuhan, sebagai dalam I Korintus 8 : 6. Tidak perlu kita mengupasnya panjang lebar: dalam Islam tidak ada unsur politeisme, seperti telah jelas dinyatakan dengan ayat-ayat yang dikutip itu, tidak ada perkelaminan Tuhan menjadi laki-laki atau perempuan, pengoknuman Tuhan, inkarnasi Tuhan dan sebagainya.
Al-Qur’an dengan tegas mengatakan bahwa ajaran-ajaran ini lebih melukiskan buah pikiran Gereja atau penulis-penulis Kitab Perjanjian Baru daripada Firman Tuhan. (al-Baqarah : 42, 59, 75, 79; Ali ‘Imran : 71 – 78; al-Maidah : 13; al-A’raf : 162).
Maka tanpa purbasangka, bila kita hendak berjiwa besar dengan melihatnya melalui logika yang dingin dan cinta kasih yang hangat atas sesama manusia, tanpa ikatan-ikatan kultural dan rasial, maka kita akan melihat bahwa keagungan al-Qur’an sebagai Kitab Suci kaum Muslimin yang otentik dan murni bukan hanya terletak pada keajaiban, kefasihan, daya tarik dan pesona bahasanya yang merupakan mujizat abadi, divine miracle, yang oleh George Sale, pionir penerjemah al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris, dikatakan, dan memang juga dikatakan oleh kaum Muslimin di selüruh dunia, bahwa keajaiban ini lebih agung dari menghidupkan orang mati; tetapi juga keagungan ini terletak dalam kebenaran yang terkandung di dalamnya, yang makin lama makin menunjukkan dirinya.
Nabi Muhammad memanglah tidak mengadakan ramalan-ramalan hayali, yang sedikit diputarbalikkan dapat disesuaikan dengan kenyataan, tetapi beliau menerima wahyu untuk merubah jiwa, merubah watak manusia mensejajarkan, mempersatukan segala macam warna kulit, suatu “ramalan” yang pasti terjadi. Dengan filsafat Tauhid, dengan filsafat Keesaan Tuhan, Islam telah membebaskan ummat manusia dari segala belenggu kemunafikan dan kejahilan dan mengembalikan ummat manusia kepada Tauhid, kepada Keesaan Tuhan yang murni.
Tatkala kaum Muslimin meninggalkan Spanyol, maka api Tauhid ini, bersama-sama dengan Averoisme telah membebaskan dunia Kristen Barat dari segala macam belenggu kekolotan dan kulit kerang dogma. Meskipun dituntut oleh Konsili-konsili, diancam oleh inkuisisi, yaitu pengadilan Gereja yang garang. filsafat ini terus berkumandang menembus segala ruang dan waktu.
Banyak darah telah mengalir. Michael Servetus telah dibakar selama dua jam menggelepar-gelepar ditengah api sampai mati karena tidak hendak mundur dari penolakannya akan Ketuhanan Yesus. Sarjana penemu peredaran darah paru-paru. dokter kesohor yang cerdas dan ahli Injil yang terkenal itu, dibakar hidup-hidup karena bukunya De Trinitatis Erroribus (Kekeliruan Tritunggal). Beribu-ribu teman setanahairnya dihukum dan diancam. Demikianlah pembakaran yang terjadi di Geneva pada tanggal 27 Oktoher 1553.
Pada tahun 1326 Adam Duff dibakar hidup-hidup di Dublin karena mengingkari Trinitas. Dalam tahun 1551 sejarah mencatat George van Parris dibakar di kota yang sama. Demikian pula Martin Cellarius (1499-1564), sahabat karib Martin Luther, dan Ludwig Hoetzer. Juga Lelio Socinus dan pamannya Faustus Socinus, Giorgo Blandrata dan beribu-ribu pengikutnya di Hongaria. Demikian pula Bapak-bapak Gereja Geonesius, Gregory Pauli, uskup Francis David dan sebagainya di Polandia, yang hidup pada abad keenambelas.
Sekarang, meskipun orang hendak melupakan api pembawa Tauhid itu, namun tak dapat disangkal bahwa filsafat ini akan dianut secara diam-diam oleh setiap orang yang tak hendak berpura-pura.
---------
KEESAAN TUHAN Sebuah Pembahasan Ilmiah, O. Hashem, Penerbit Pustaka Bandung 1983, halaman 83-88

Selasa, 23 Agustus 2011

Iman Sungguh-sungguh pada ALLAH, Rasul dan Kitab-Nya

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ءَامِنُوا۟ بِاللَّـهِ وَرَسُولِهِۦ وَالْكِتٰبِ الَّذِى نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَالْكِتٰبِ الَّذِىٓ أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِاللَّـهِ وَمَلٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَالْيَوْمِ الْءَاخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًۢا بَعِيدًا
Hai orang-orang yang beriman! berimanlah (sungguh-sungguh) kepada Allah dan Rasul-Nya dan (kepada) Kitab yang Ia telah turunkan atas Rasul-Nya dan (kepada) Kitab yang Ia telah turunkan lebih dahulu; karena barangsiapa tidak percaya kepada Allah dan malaikat-Nya dan kitab-kitabNya dan Rasul-RasulNya dan hari Kemudian, maka sesungguhnya sesatlah ia satu kesesatan yang jauh. (QS. 4 : 136).

Tafsir Ayat
----------------------------
Bibliography :
Tafsir Qur'an Al-Furqan, A. Hassan, Penerbit Al Ikhwan Surabaya, Cetakan Kedua 1986, halaman 194 - 195.
Tulisan Arab Al-Qur'an.  

MASJID AL HUDA Ngampin Ambarawa

Masjid Al Huda Ngampin Ambarawa
MASJID AL HUDA
Jl. Mgr. Sugiyopranoto 75 Garung
Kecamatan Ngampin - Ambarawa 50651

BANGSA YANG BERANGGAPAN TIDAK DISENTUH NERAKA KECUALI SEBENTAR

Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:80-81)
“Dan mereka berkata, ‘Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali hanya beberapa hari saja”. Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu telah menerima janji dari Allah, sehingga Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. ataukah kamu hanya mengatakan terhadap apa yang tidak kamu ketahui?” (QS 2 : 80)
Yang benar, barangsiapa berbuat kejelekan dan ia telah diliputi oleh kesalahannya mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS 2 : 81)

Bangsa Yahudi punya anggapan kalau terpaksa mendapat hukuman neraka paling lama 7 hari, karena menurut mereka dunia ini berumur 7 ribu tahun. Mereka beranggapan 1 hari di neraka sama dengan lama di dunia 1000 tahun. Sebagian orang Yahudi ada pula yang beranggapan bahwa kalau orang Yahudi terpaksa mendapat hukuman neraka, maka paling lama 40 hari, yaitu sama dengan lamanya mereka dahulu menyembah patung anak sapi.
Anggapan mereka yang sangat keliru ini kemudian oleh Allah dimintai dasar dalilnya, yaitu adakah anggapan semacam itu merupakan suatu perjanjian yang Allah pernah adakan dengan mereka, ataukah bangsa Yahudi hanya semata-mata berbuat dusta? Sebab persoalan hukuman neraka, lama atau sebentar adalah menjadi hak Allah. Manusia dapat mengetahui hal tersebut hanyalah semata-mata melalui wahyu Allah yang disampaikan kepada para Rasul-Nya. Tanpa melalui cara seperti ini, maka jelaslah bahwa anggapan bangsa Yahudi sebagaimana tersebut di atas adalah satu pernyataan dusta dan ucapan lancang atas nama agama. Karena ucapan semacam itu hanyalah bukti dari kekufuran mereka dari ajaran Allah dan fakta kebobrokan mental mereka.
Anggapan bangsa Yahudi mengenai masa lamanya mereka akan mengalami siksa neraka seperti itu, hanyalah muncul karena salah satu dari 2 kemungkinan berikut ini:
a. karena ada janji Allah kepada mereka,
b. mereka sengaja membuat kebohongan dengan nama agama.

Karena janji Allah semacam itu memang tidak pernah ada, berarti apa yang menjadi pengakuan bangsa Yahudi itu benar-benar kebohongan besar dan bukti kebobrokan mental mereka.
Tetapi justru sebaliknya dalam ayat 81 Allah menegaskan adanya kaidah pertanggunganjawab dan pembalasan hukum bahwa setiap orang yang melakukan dosa sehingga dirinya penuh dengan noda-noda dosa, maka dia akan mendapatkan siksa neraka kekal. Apalagi bangsa Yahudi telah berani berbohong dengan nama Allah dan mengaku sebagai bangsa pilihan dalam pandangan Allah, padahal sebenarnya dusta belaka, sudah tentu akan menjadi penghuni neraka kekal abadi. Sebaliknya seseorang akan selamat dari siksa neraka dan menjadi penghuni surga hanyalah orang-orang beriman lagi beramal shaleh. Sedangkan bangsa Yahudi sebagaimana tersebut dalam ayat 80 di atas adalah orang-orang yang berani melakukan perbuatan paling tercela, yaitu berdusta dengan kedok agama yang membuktikan betapa bobroknya mental mereka. Maka adalah sepatutnya bahwa bangsa Yahudilah yang menjadi penghuni neraka yang kekal itu.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 49 - 52

Senin, 22 Agustus 2011

Keharusan Berlaku Adil

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوّٰمِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلَّـهِ وَلَوْ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمْ أَوِ الْوٰلِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ إِن يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّـهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا۟ الْهَوَىٰٓ أَن تَعْدِلُوا۟ ۚ وَإِن تَلْوُۥٓا۟ أَوْ تُعْرِضُوا۟ فَإِنَّ اللَّـهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui Segala apa yang kamu kerjakan. (QS. 4 : 135).

Tafsir Ayat

Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (QS. 4 : 135) berkenaan dengan pengaduan dua orang yang bersengketa, seorang kaya dan seorang lagi miskin. Rasulullah saw. membela fihak yang fakir dengan menganggap bahwa orang fakir tidak akan mendhalim orang kaya. Akan tetapi Allah tidak membenarkan tindakan Rasulullah dan memerintahkan untuk menegakkan keadilan di antara kedua belah fihak. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Sa’id bin Jubair.
-----------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 144 - 145.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke -5, 1985, halaman 165.
Tulisan Arab Al-Qur'an. 

Masjid Agung AN NUUR Mungkid Kab Magelang

Masjid An-Nuur, Mungkid, Kabupaten Magelang
Masjid Agung AN NUUR
Jl. Letnan Tukiyat Kecamatan Mungkid
Kabupaten Magelang

BANGSA YANG SUKA MEMPERJUALBELIKAN AGAMA / NAMA ALLAH

Allah berfirman (AS. AL- Baqarah: 79)
“Sugguh celakalah orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka, lalu mereka katakan, Kitab ini dari Allah”, untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit. Sungguh celakalah mereka karena tulisan tangan-tangan mereka, dan sungguh celakalah mereka karena usaha mereka.”

Para pendeta Yahudi telah berani menyatakan bahwa apa yang mereka tulis adalah merupakan ayat-ayat Taurat. Mereka dengan sesuka hati berkata kepada masyarakatnya bahwa segala perubahan yang mereka lakukan terhadap Kitab Taurat adalah datang dari perintah Allah.
Perubahan yang mereka lakukan terhadap isi Taurat adalah untuk memperoleh keuntungan bagi diri mereka, yang berasal dari suap dan upah karena mengikuti kehendak dan kemauan masyarakat mereka.
Perubahan-perubahan yang dilakukan para pendeta Yahudi terhadap Kitab Taurat mencakup 3 macam hal, yaitu:
a. merubah sifat Nabi;
b. membuat kebohongan atas nama Allah;
c. menghalalkan suap.
 
Ustadz Imam M. Abduh menjelaskan sebagai berikut:
“Barang siapa ingin melihat naskah asli yang dipergunakan oleh orang-orang Yahudi dahulu, silahkan dia melihat di hadapannya, tentu ia akan dapat mengetahuinya dengan jelas dan terang. Dia akan memperoleh beberapa karangan yang berisikan aqidah-aqidah dan hukum yang sudah diputarbalikkan arti dan pengertiannya, sehingga menyesatkan dan merusak agama. Tetapi perbuatan tercela ini tetap mereka katakan sebagai Kitab-kitab suci berasal dari Allah, padahal sebenarnya tidak, bahkan menjadikan orang sesat. Dari memahami Kitab Allah dan menjauhkan manusia dari hidayah-Nya.”
Perbuatan tercela semacam ini hanyalah mungkin timbul dari tipe manusia berikut ini:
  1. Orang yang menyelewengkan agama dan Sengaja merusaknya serta bermaksud menyesatkan para pemeluknya. Agama semata-mata dijadikan kedok dan orang ini berlagak menjadi orang shaleh di depan umum. Tetapi sebenarnya dia bermaksud menipu masyarakat, sehingga apa yang ditulis dan dikatakannya mudah dipercayai masyarakat.
  2. Orang yang suka membuat dalih-dalih dan mengutamakan penakwilan kata-kata sehingga membuat masyarakat menganggap ketentuan agama. Dengan adanya masyarakat yang tidak lagi teguh berpegang kepada agama, maka mereka memperoleh harta dan pangkat dengan mudah.
Pendeta Yahudi dengan cara-cara memutarbalikkan ayat-ayat Taurat itu telah menjadikan agama barang dagangan yang mereka perjualbelikan untuk kepentingan duniawi mereka.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 47 - 49

ME-MANAGE POTENSI REVOLUSI

Buah syahadat adalah barang mahal. Perlu penyaluran agar tidak mengarah yang bukan-bukan
Syahadat telah merombak segala-galanya. Syahadat adalah janin revolusi. Karenanya, jika lahir perlu segera dirawat dan dijaga; ia harus tetap aman.
Bila terjadi suatu revolusi, maka strukturserta pola pikir seseorang akan berubah dimulai dari perubahan cita-citanya. Bahkan ada kecenderungan secara langsung untuk juga menyesuaikan keadaan sekitarnya dengan cita-citanya lewat berbagai macam cara yang dibenarkan oleh keyakinannya. Ia akan menggunakan segala fasilitas dan sarana yang dimiliki untuk da’wahnya.
Arus untuk melakukan perubahan, mengalir deras dalam dirinya. Cukup mengganggu manakala tidak disalurkan. Apapun hasilnya dan bagaimanapun akibat da’wahnya akan dia terima dengan perasaan puas. Dan pada perasaan itu mengendap terus, lebih baik disalurkan saja. Ketimbang selalu jadi beban pikiran dan beban moril, lebih baik langsung tandang ke gelanggang.
Bukan apriori, akan tetapi dengan penuh keseriusan. Ia yakin sepenuhnya, hanya dengan melaksanakan apa yang diyakininya keadaan sekitarnya bisa berubah, menjadi lebih baik.
Karena dasarnya adalah ledakan yang melahirkan arus deras yang diwujudkan dalam bentuk proklamasi, manakala tidak disalurkan akan mengundang kerusakan ke dalam. Hilanglah stabilitas yang melahirkan gejolak demi gejolak yang selanjutnya bukan saja merusak dirinya tetapi akan merusak juga lingkungan sekitarnya.
Bila ledakan ini tidak sempat tersalur pada jalur yang teratur, pasti akan menyembur menjadi ledakan yang tidak terkendali. Ledakan ini menjadi liar, dengan sasaran yang sporadis, hantam kromo, sembarangan.
Artinya, manakala energi ini tidak disalurkan secara wajar akan memaksakan penyalurannya pada jalur yang tidak wajar. Dan kalau itu yang terjadi, akibatnya nanti muncul tindakan-tindakan yang lepas kontrol, tidak ada lagi pertimbangan dan antisipasi. Yang penting arus itu tersalur, apapun akibatnya sudah tidak jadi persoalan lagi. Akibatnya, dapat mengundang korban yang tidak perlu dalam jumlah yang tidak sedikit.
Kita teringat semangatnya Abu Bakar yang segera mau terjun ke lapangan mengajak orang-orang Quraisy menerima wahyu yang disampaikan oleh Rasulullah, pada saat Abu Bakar baru saja menerima dan meyakini kebenaran Risalah tersebut. Oleh karena jumlah pengikut yang masih sangat kurang, dengan pertimbangan risiko dan lain-lain, Rasulullah mengingatkan agar tidak tergesa-gesa. Namun Abu Bakar berkeras. Berdasarkan keyakinannya, tidak ada lagi yang perlu dikhawarirkan, bukankah segalanya di tangan Allah. Akhirnya di tengah-tengah majelis para pemuka Quraisy, Abu Bakar berseru. Belum sempat bicara banyak sudah dikeroyok. Karena sendirian, ia tidak bisa melawan dan jatuh pingsan penuh luka. Untung tidak sampai mati. Setelah siuman baru sadar kalau persoalan menyampaikan da’wah kepada mereka tidak boleh serampangan, harus penuh pertimbangan dan perhitungan. Faktor kekuatan yang dimiliki dalam mengantisipasi segala kemungkinan, dan yang paling baik sampai yang paling buruk harus menjadi bahan pertimbangan. Lain halnya dengan masuknya Umar ibnu Khattab dalam barisan ummat Islam. Pada waktu itu, Hamzah bin Abdul Muthalib sudah duluan masuk Islam. Dengan demikian dua singa padang pasir sudah bergabung dalam barisan Islam.
Cukup beralasan kalau setelah itu mereka mulai melakukan da’wah secara terbuka, mengajak berbaris keluar, satu barisan dipimpin oleh Hamzah dan satu lagi dipimpin oleh Umar ibnu Khattab, di tengah-tengah masyarakat kaum kafir Quraisy waktu itu.
Nampaknya dari sinilah dasarnya, kenapa dalam Islam dikenal yang dinamakan garis komando. Dengan garis ini setiap orang yang selesai bersyahadat segera siap diatur dalam satu kendali.
Makin direnungkan eksistensi syahadat, wujud keberadaannya serta sifat dan karakternya, makin terasa betapa mutlak dan pentingnya garis komando itu. Minimal sebagai antisipasi menghindari adanya ledakan-ledakan liar yang merugikan bukan saja dirinya tetapi banyak pihak. Dari dan pada garis komando itulah potensi arus yang ada dapat ditampung sedemikian rupa untuk disusun menjadi satu kekuatan maha dahsyat guna mengangkat kerja-kerja keras dan berat untuk kepentingan risalah Islam bagi kemanusiaan. Tentu saja akhirnya memang tergantung kepada bobot kualitas manajemen garis komando tersebut, menyangkut pelbagai macam hal terutama soal keadilan.
Kemutlakan ini sama sekali tidak bisa ditawar. Karena potensio itu datang diantar oleh dorongan syahadatnya. Kalau salah mengaturnya akibat kekeliruan atau kelemahan manajemen akan sangat fatal akibatnya. Bukankah orang masuk Islam dengan ber-syahadat yang berkonotasi penyerahan diri adalah dengan harapan memperoleh nilai tambah? Firman Allah :
“Bahwa dengan Al-Qur’an ini engkau dijamin menjadi manusia yang tetap waras. Dan bagi kamu perolehan ganjaran yang tidak ada batasnya. Dan engkau akan tampil sebagai orang yang memiliki akhlaq yang paling mulia.” (QS. Al-Qalam : 2-4)
Itu jaminan bagi siapa saja yang konsekuen ber-Qur’an sebagai tindak lanjut dari syahadat. Jaminan tersebut merupakan urusan dan kewajiban pemegang tampuk tanggung jawab garis komando untuk mewujudkannya. Bukankah mereka yang sudah bersyahadat itu sudah menyerahkan diri sepenuhnya untuk siap diatur?
-----
Suara Hidayatullah, Edisi 07/TH IV/Rabiul Akhir – Jumadil Awwal 1412/ Nopember 1991, halaman 28 - 30